-->

Halaman

    Social Items

Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). 



Jika saat ini para perempuan merindu sebuah perlindungan dari tindak kekerasan, maka perempuan di masa peradaban Islam dulu sudah merasakan yang demikian. Setidaknya ada dua kisah dalam sejarah Islam, yang menunjukkan perlindungan terhadap kehormatan perempuan.




Suatu ketika di negara Islam Madinah, seorang Muslimah pergi ke pasar Yahudi Bani Qainuqa'untuk menjual sebuah barang. Di sana perempuan itu dilecehkan oleh tukang emas, hingga auratnya tersingkap. Dan peristiwa itu menjadi penyebab Rasulullah SAW sebagai kepala negara mengusir bani Qainuqa'dari Madinah (lbnu Hisyam, hal. 7). 


Kisah semisal terjadi pada masa pemerintahan khalifah al-Mu'tashim Billah. Kala itu ada seorang Muslimah diperlakukan buruk oleh seorang lelaki di Kota Amurriyah, Romawi. Muslimah itu berteriak memanggil khalifah untuk meminta pembelaan. Mendengar informasi tersebut khalifah pun bersegera menolong perempuan itu dengan membawa serombongan pasukan. 

Sangat jarang saat ini kita mendengar kisah heroik perlindungan terhadap perempuan seperti kisah di atas. Justru perempuan masa kini rentan dilecehkan, diperkosa bahkan dibunuh. Lebih-lebih, kekerasan banyak dilakukan oleh keluarga sendiri. Kekerasan rumahtangga oleh suami, penyiksaan oleh majikan, gangguan preman kepada karyawan pusat perbelanjaan yang pulang malam dan lain sebagainya. Wajarjika kini banyak perempuan menuntut perlindungan kepada negara dari segala bentuk kekerasan. 

Islam Melindungi Perempuan 


Selain berkarakter pengurus (ra’in), Islam juga menghendaki agar pemimpin berkarakter pelindung (junnah). Sesungguhnya aI-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). 

Fungsi pelindung berpadu keimanan akhirnya mendorong para pemimpin di masa pemerintahan Islam dulu maksimal dalam melindungi kaum perempuan Mereka merasa melindungi kaum perempuan. Mereka merasa selalu diawasi oleh Allah SWT dalam setiap kesempatan. Mereka takut kelak di Akhirat 

Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya. Sebagaimana takutnya Khalifah Umar bin Khattab melihat rakyatnya kelaparan. Sehingga Beliau rela memanggul sendiri sekarung gandum untuk diantar ke rumah salah seorang rakyatnya yang sedang lapar. Bahkan ketika mendengar bahwa seekor keledai tergelincir di jalan yang rusak saja Khalifah Umar sangat takut bila kelak Allah SWT meminta pertanggungjawaban padanya. 

Dalam pemerintahan Islam, perlindungan perempuan difasilitasi dengan diterapkannya hukum-hukum Islam secara kaffah. Di dalamnya terdapat aturan terkait perempuan yang menjamin terjaganya kehormatan mereka. Kehidupan manusia berada dalam dua zona. Zona umum tempat manusia berinteraksi di tengah-tengah masyarakat. Dan zona khusus tempat manusia hidup bersama orang-orang terdekatnya .



Maka dalam kehidupan umum hukum Islam mengharuskan perempuan berpakaian syar'i yaitu menutup aurat dengan memakai jilbab (08. Al Ahzab: 59) dan kerudung (QS. An Nur: 31). Diperintahkan pula masing-masing bagi lelaki dan perempuan saling menjaga pandangan (08. an Nur ayat 30-31). Kedua gender tersebut berbaur di kehidupan umum dengan komunitas sesamanya. Perempuan berinteraksi dengan sesama perempuan, lelaki berinteraksi dengan sesama lelaki. Dilarang ikhtilat (bercampur baur), seperti terlarangnya jamaah lelaki dan perempuan berbaur saat di dalam masjid. Lelaki dan perempuan yang bukan mahram hanya boleh berinteraksi dalam haI-hal yang tak bisa dihindari untuk mereka bertemu. Seperti pada aktivitas jual beli, ajar mengajar dan dalam hal kesehatan. Hukum tertentu berlaku saat menunaikan ibadah haji, dimana perempuan dan lelaki juga tak terhindarkan untuk bertemu. 

Sementara dalam zona khusus. keluarga wajib menjamin aurat anggota keluarganya terutama yang perempuan terjaga. Maka rumah dibangun sedemikian rupa sehingga tujuan tersebut tercapai. Perempuan tinggal di dalam rumah bersama para perempuan serta mahramnya. Dilarang bagi lelaki asing bertamu ke sebuah rumah bila di dalamnya hanya ada seorang perempuan. Tamu itu hanya boleh datang jika perempuan tersebut ditemani oleh mahram-nya. Aurat perempuan juga dijaga dengan aturan izin bagi seseorang yang hendak memasuki suatu rumah (QS. an-Nur: 27). Sebelum tamu dipersilahkan masuk, ia dilarang untuk memasukkan pandangannya ke dalam rumah. Menurut hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam ath Thabrani, memasukkan pandangan ke dalam suatu rumah tanpa seizin penghuninya sama dengan menghancurkan rumah tersebut. 

Aturan Islam terkait kehidupan berkeluarga juga mengandung hikmah perlindungan bagi perempuan. Para suami diperintah untuk menafkahi istrinya, melindungi, mendidik serta memperlakukan mereka dengan baik. “Sebaikbaik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya (HR At-Thirmidzi) 

Tanpa kewajiban mencari nafkah serta adanya penerapan ekonomi Islam yang menyejahterakan, maka para perempuan berpeluang hidup nyaman di rumahnya, mengurus rumah dan mendidik anak-anaknya secara maksimal. Mereka pun masih punya waktu untuk melaksanakan kewajiban Iainnya seperti berdakwah serta menjalani hobinya. 

Terakhir Islam punya tata cara untuk menghentikan setiap tindak kejahatan dengan penerapan sanksi Islam. Sanksi pidana Islam itu keras dan tegas hingga bisa membuatjera (jawazir), disamping berfungsi pula sebagai penebus dosa (iawabir). Maka pelaku kekerasan terhadap perempuan akan ditindak secara adil berdasarkan daIiI-dali syariah yang menjamin fungsi jawazir terlaksana.Semua aturan Islam tersebut terlaksana dengan tiga pilar; 
-adanya pembentukan individu bertakwa, 
-adanya kontrol masyarakat dan 
-konsistensi negara menjalankan syariah Islam secara totalitas. 

Bila kaum perempuan benar-benar menginginkan perlindungan, maka jangan berharap pada solusi yang ditawarkan kaum liberal. Sebab liberalismejustru biang masalah. Gaya hidup suka-suka dengan aurat serba terbuka dan pergaulan yang bebas selama ini telah membuka ruang bagi perempuan untuk dilecehkan bahkan dibunuh. Sudah cukup kekhawatiran kaum kita selama ini. Mari beralih pada sistem Islam yang penuh barokah. Wallahu a'lam bishawab.

PERLINDUNGAN ISLAM BAGI SETIAP PEREMPUAN



Jangahlah kamu jadikan Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Mahamendengar Iagi Mahamengetahui. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu, dan Allah Mahapengampun Iagi Mahapenyantun (QS.Albaqarah: 224-225)

Sebisa mungkin janganlah suka bersumpah, apalagi bersumpah untuk tidak melakukan perbuatan baik. Ada orang yang mungkin bersumpah: "Demi A||ah,Aku tidak akan berkata-kata Iagi kepada orang itu!". Dan berbagai versi sumpah Iainnya yang mengekspresikan ketidakmauan untuk berbuat baik.

Berbuat baik sangat dianjurkan di dalam Islam, sebab itu orang yang enggan berbuat baik jelas bertentangan dengan ajaran Islam apalagi ditambah pula dengan bersumpah atas nama Allah. Ayat ini maksudnya: melarang bersumpah dengan menggunakan nama Allah untuk tidak mengerjakan yang baik, seperti: demi Allah, saya tidak akan membantu anak yatim. Tetapi bila sumpah itu telah terucapkan, haruslah dilanggar dengan membayar kafarat sumpah.

Dengan demikian, orang yang telah melaksanakan sumpahnya itu telah melakukan dosa. Untuk keluar dari sumpah itu, pelakunya harus membayar kafarat. aI-Bukhari meriwayatkan dari Hamam bin Munabbih, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, Beliau bersabda: Kita adaIah umat yang Iahir di masa terakhir tetapi yang paling awal masuk ke dalam Surga pada hari Kiamat kelak. Dan Beliau bersabda: Demi Allah, salah seorang di antara kalian yang mempertahankan sumpahnya untuk memojokkan keluarganya, Iebih berdosa di sisi Allah daripada-melanggal sumpah itu-dengan membayar kafarat (denda) yang telah diwajibkan Allah atasnya (HR. Muslim). Maksudnya orang tersebut harus membatalkan sumpahnya dengan membayar kafarat sumpah.

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari lbnu Abbas, ayat tersebut bermaksud “janganlah sekali-kali engkau menjadikan sumpahmu sebagai penghalang bagimu untuk berbuat kebaikan. Namun bayarlah denda sumpahmu dan Iakukanlah kebaikan." Pendapat ini diperkuat hadis yang terdapat dalam kitab ash Shahihain, dari Abu Musa al-Asy'ari yang berkata, Rasulullah SAW bersabda: DemiAIlah sesungguhnya aku Insya Allah tidaklah bersumpah Ialu aku melihat hal Iain Iebih baik daripada sumpah itu, melainkan aku akan menjalankan yang Iebih baik tersebut, dan aku Iepaskan sumpah itu dengan membayar kafarat (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW pernah berkata kepada Abdurrahman bin Samurah: Hai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Sesungguhnya jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu tanpa engkau minta, niscaya Allah akan membantumu untuk menjalankannya. Dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu setelah engkau minta, niscaya engkau dibiarkan dengan kepemimpinan itu (tidak mendapat pertolongan dari Allah). Dan jika engkau telah terlanjur bersumpah, kemudian engkau melihat ada sesuatu yang Iebih baik daripada sumpahmu, maka hendaklah engkau mengerjakan yang Iebih baik itu dan bayarlah denda atas sumpahmu tadi.

Laa yu-aakhidzukumullaaHa bil Iaghwi fIi aimaanikum 


artinya, Allah tidak akan menghukum dan tidak juga mengharuskan kalian untuk memenuhi sumpah keIiru yang telah kalian ucapkan-sedangkan ia tidak bermaksud mengucapkannya, tetapi sumpah itu keluar dari mulutnya tanpa adanya keyakinan dan kesungguhan. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa bersumpah dengan menyebutkan nama Latta dan ‘Uzza, maka hendaklah ia mengucapkan: Laa Ilaaha illallaah. Hal ini disampaikan Rasulullah SAW kepada suatu kaum yang baru saja Iepas dari masa jahiliyah. Mereka telah memeluk Islam namun lidah mereka terbiasa menyebutkan Latta dan ‘Uzza, tanpa kesengajaan. Kemudian mereka diperintahkan mengucapkan kalimat ikhlas, sebagaimana mereka telah mengucapkan kata-kata tersebut tanpa sengaja.

Allah SWT menghukummu disebabkan sumpahmu yang disengaja bersumpah hatimu Wa Iaakiy yu-aakhidzukum bimaa kasabat quluubukum/Tetapi Allah menghukummu disebabkan sumpahmu yang sengaja untuk bersumpah oleh hatimu. lbnu Abbas, Mujahid, dan ulama lainnya mengatakan, yaitu seseorang bersumpah atas sesuatu sedang ia mengetahui dirinya bohong. Mujahid dan ulama lainnya mengatakan, ayat tersebut sama seperti fIrman Allah: Tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah yang kamu sengaja (QS. AI-Maa-idah: 89).

Ayat ini merefleksikan apa yang sering terjadi di kalangan kaum Muslimin Arab ketika di awal Islam yang sering Iupa meninggalkan kebiasaan buruk mereka selama masa jahiliyah. Mereka sering mengucapkan sumpah untuk memperkuat ucapan yang terkadang tidak penting seperti orang Iatah. Karena itu Allah SWT menyatakan hal tersebut masih bisa dimaafkan karena di ujung ayat Alah menyatakan wallaaHu ghafuurun haliim; artinya, Dia Mahapengampun dan Mahapenyantun terhadap hamba-hamba-Nya.

Namun begitu pun Alquran memperingatkan sumpah yang diucapkan dengan sadar dan memang ditujukan untuk memperkuat atau memperlemah suatu kondisi akan diperhitungkan oleh Allah SWT nanti di Akhirat. Terlihat di sini yang diperhitungkan dalam urusan sumpah ini adalah apa yang tersirat dari dalam hati manusia bukan apa yang terucapkan oleh Iisannya.

Seringkali manusia tidak mampu membedakan situasi kapan dia perlu bersumpah kapan pula tidak perlu sama sekali. Apalagi karena sumpah itu membawa-bawa Allah SWT. Mereka harus benar-benar memperhitungkan cermat situasi kondisi yang Iayak bersumpah. Meskipun tidak berbuat jahat itu baik tapi tidak perlu juga bersumpah atas nama Allah untuk tidak melakukannya cukup bertekas saja dalam hati agar Allah membimbing kita kejalan yang lurus.

Ironisnya yang terjadi adalah manusia terkadang bersumpah pula untuk tidak melakukan perbuatan baik. Sudahlah melakukan kesalahan karena tidak mau berbuat baik malah membawa bawa Allah pula untuk memperkuat tekadnya tersebut. Padahal Allah sangat mendorong manusia untuk berbuat baik sesama mereka, saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Sumpah model begitu merupakan tindakan menggabungkan dua hal yang kontradiktif.

Begitu pun Allah SWT memperingatkan seseorang bahwa sumpah yang dilakukan dengan sengaja akan dimintai pertanggungjawabannya di Akhirat kelak. Sumpah akan dimintai pertanggungjawaban karena sumpah atas nama Allah itu sangat berat. Sumpah itu bisa menguntungkan diri seorang tapi juga bisa merugikan orang lain. Orang yang bersumpah atas nama jabatannya akan mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Tapi orang yang bersumpah untuk orang lain bisa merugikan orang lain bila sumpah itu palsu. Sampai saat kini tradisi sumpah ini masih dipakai pada pelantikan para pejabat negara. Yang paling serius sumpah itu digunakan di ruang pengadilan untuk memberatkan atau meringankan kesaksian. Alquran mengingatkan ada pertanggungjawaban hukumnya di Akhirat kelak.

TAFSIR AL-QUR'AN APLIKATIF Adab Bersumpah


   Menyebut air Zamzam otomatis akan teringat haji. karena air ini biasanya dibawa sebagai oleh-oleh jamaah haji. Belakangan dgn boomingnya kegiatan umrah, juga dikaitkan dgn oleh-oleh yg pulang umrah. ...Keberadaan air ini tdk terlepas dari kisah Siti Hajar dan anaknya Ismail. Ketika kedua insan ini ditinggal sang suami Ibrahim, keduanya kehausan sehingga tangisan Ismail terus berIanjut.

    berbagai upaya Siti Hajar berlari2 dari Shafa ke Marwa dgn harapan ada air di sana. Lari putaran ketujuh Siti Hajar mendengan suara, “hentakkan kaki anakmu ke Tanah". ...Tdk berpikir panjang suara itu dari siapa, Hajar menghentakkan kaki putra mungilnya Ismail. Dengan kekuasaan Allah air memancar. Saat itu juga Hajar menyebut Zamzam...Zamzam.., yg berarti berkumpullah dan kemudian airpun melimpah. ...Sampai kini Alhamdulillah masih tersedia.

   Air ini mendapat kehormatan krn disebut dalam bebetapa hadits, tentu krn khasiatnya. Diantaranya ialah ia disebut Sebagi Air surga, nikmat Allah, menyegarkan, obat penyakit, dlI.
Dlm ensiklopedi haji disebut ada 25 nama Zamzam. Di antaranya hazmatu Jibril (galian Jibril), Haramiyah (sumur suci), dII.

  Tentulah tdk terlalu apalogetik jika disebut Zamzam sbg air surga krn kualitas airnya yg tdk spt air biasa. Hasil penelitian menunjukkan bw air ini memiliki klorida 159,85, air minetal hanya 30. Juga mengandung bikatborat (H003) sebanyak 398,22, air biasa hanya 32. Zamzam juga mengandung zat padat terlarut (TDS) sebanyak 858,22, air biada hanya 170. Bahkan ada kandungannya yg tdk dimiliki air di dunia yg fana ini spt zat organik 379, mikro organisme (TPK) 38 homo, Nitrik (N02) sebanyak 0,045, dstnya.

   Waduh kaya ahli pula ini. Tapi penelitian menunjukkan demikian. Saya yakin hampir semua umat Islam telah pernah menikmatinya.

    Itulah Zamzam, konon perdetik ia mengeluarkan 18 liter. Coba kalikan perjam dan perhari. Anehnya sumur ini tdk pernah membuat banjir atau melimpah. Airnya tdk pernah keruh apalagi berlendir seperti air Tirtanadi di rumah saya la tetap seperti salah satu namanya "shafltah", bersih...

...BUKTI KEKUASAAN ALLAH SWT DI TANAH MUSLIM...

AIR ZAM-ZAM SUATU BUKTI KEKUASAAN ALLAH SWT


  Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul, dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu mereka menj adikannya sebagai tempat tinggal. 
  Jazirah Arab dibatasi Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah timur dibatasi Teluk Arab dan sebagian besar negara Irak bagian selatan, di sebelah utara dibatasi Laut Arab yang bersambung dengan Lautan India, di sebelah utara dibatasi negeri Syam dan sebagian kecil dari negara Irak, sekalipun mungkin ada sedikit perbedaan dalam penentuan batasan ini. Luasnya membentang antara satu juta mil sampai satu juta tiga ratus ribu mil.     Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena letak geografls. Sedangkan dilihat dari kondisi intemalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat Jazirah Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah, mencaplok, atau menguasai bangsa Arab. Oleh karena itu kita bisa melihat penduduk Jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dari segala urusan semenjak zaman dahulu. Sekalipun begitu mereka tetap hidup berdampingan dengan dua imperium yang besar saat itu, yang serangannya tak mungkin bisa dihalangi andaikata tidak ada benteng pertahanan yang kokoh seperti itu.    Sedangkan hubungan dengan dunia luar, Jazirah Arab terletak di benua yang sudah dikenal semenjak dahulu kala, yang mempertautkan daratan dan lautan Sebelah barat laut merupakan pintu masuk ke Benua Afrika, sebelah timur laut merupakan kunci untuk masuk ke Benua Eropa, dan sebelah timur merupakan pintu masuk bagi bangsa-bangsa non-Arab, timur tengah dan timur dekat, terus membentang ke India dan Cina. Setiap benua mempertemukan lautnya dengan Jazirah Arab dan setiap kapal laut berlayar tentu akan bersandar di ujungnya. Karena letak geografisnya seperti itu, sebelah utara dan selatan dari Jazirah Arab menjadi tempat berlabuh berbagai bangsa untuk saling tukar-menukar perniagaan, peradaban, agama, dan seni. 
Kaum-kaum Bangsa Arab 
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal-bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu: 
1. Arab Ba‘idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, dan lain-lainnya. 
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah. 3.Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan 
Isma’il yang disebut pula Arab Adnaniyah. 
Tempat kelahiran Arab Aribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang dikenal adalah dua kabilah: ‘ 
a. Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid AlJumhur, Qudha’ah dan Sakasik. 
b. Kahlan, yang terdiri dan' beberapa suku terkenal, yaitu Hamdan, Amnar, Thayyi’, Madzhij, Kindah, Lakham, Judzam, Uzd, Aus, Khazraj, dan anak keturunan Jafnah raja Syam. 
Suku-suku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru jazirah sebelum ada bencana karena kegagalan mereka dalam perdagangan, sebagai akibat dari tekanan bangsa Romawi dan tindakan mereka yang menguasai jalan perdagangan lewat laut dan setelah mereka menghancurkan jalan darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam. 
Juga tidak menutup kemungkinan jika hal itu sebagai akibat dari persaingan antara suku-suku Himyar dan Kahlan, yang disudahi dengan menetapnya sukusuku Himyar dan kepindahan suku-suku Kahlan. 
Suku-suku Kahlan yang berhijrah bisa dibagi menjadi empat golongan: 
A. Uzd. Hijrah mereka langsung dipimpin pemuka dan pemimpin mereka, Imran bin Amru Muzaiqiya‘. Mereka berpindah-pindah di negeri Yaman dan mengirim para pemandu, lalu berjalan ke arah utara. Setelah sekian lama mengadakan perjalanan, akhirnya mereka berpencar ke bebetapa tempat. Tsa’labah bin Amru dari Al-Uzd menuju Hijaz, lalu menetap di daerah yang diapit Tsa’labiyah dan Dzi Qar. Setelah anaknya besar dan kuat, dia pindah ke Madinah dan menetap di sana. Di antara keturunan Tsa’labah ini adalah Aus dan Khazraj, yang merupakan dua dari anak Haritsah bin Tsa’labah. 
Di antara keturunan mereka yang bernama Haritsah bin Amr atau Khuza’ ah dan anak keturunannya berpindah ke Hijaz, hingga mereka menetap di Murr Azh-Zahahran, yang selanjutnya menguasai tanah suci dan mendiami Makkah. 
Sedangkan Imran bin Amr singgah di Ornman lalu bertempat tinggal di sana bersama anak-anak keturunannya, yang disebut Uzd Ornman, sedangkan kabilah-kabilah Nash bin Al-Uzd menetap di Tihamah, yang disebut Uzd Syanu’ah. 
Jafnah bin Amr pergi ke Syam dan menetap di sana bersama anak keturunannya. Dia dij uluki Abul Muluk Al-Ghassasanah, yang dimsbatkan kepada mata air di Hijaz, yang dikenal dengan nama Ghassan. Sebelum itu mereka singgah di sana, sebelum akhirnya pindah ke Syam. 
B. Lakham dan Judzam. Tokoh di kalangan mereka adalah Nashr bm Rabi‘ ah, peminpin raja-raja Al-Mundzir di Hirah. 
C. Bam Thayyi‘ mereka berpindah ke arah utara hmgga singgah di antara dua gunung, Aja dan Salma, dan akhlrnya menetap di sana, hingga mereka dikenal dengan sebutan Al-Jabalam (dua gunung) di Gunung Tha’i. 
D.Kindah. Mereka tinggal di Bahrain, lalu terpaksa meninggalkanya dan akhirnya singgah di Hadhramaut. Namun nasib mereka tidak jauh berbeda saat berada di Bahrain, hingga mereka pindah lagi ke Najd di sana mereka mendirikan pemerintahan yang besar dan kuat. Tetapi secepat itu pula mereka punah dan tak meninggalkan jejak. 

Di sana masih ada satu kabilah dari Himyar yang diperselisihkan aSal keturunannya, yaitu Qudha’ah. Mereka hijrah meninggalkan Yaman dan menetap di pinggiran Irak
Tentang Arab Musta’rabah, cikal bakal kakek mereka yang tertua adalah Ibrahim AS,yang berasal dari negeri Irak, dari sebuah daerah yang disebut Ar, berada di pinggir barat Sungai Eufrat, berdekatan dengan Kufah. Cukup banyak penelusuran dan penelitian yang kemudian disajikan secara terinci mengenai negeri ini, keluarga Ibrahim AS, kondisi relijius dan sosial di negeri tersebut. 
Sudah diketahui bersama bahwa Ibrahim a.s hijrah dari Irak ke Haran atau Hurran, termasuk pula ke Pakistan, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan dakwah beliau. Beliau banyak menyusuri negeri ini dengan setitik harapan, hingga akhirnya beliau sampai ke Mesir. Fir’aun, penguasa Mesir, merekayasa dan memasang siasat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah justru mengembalikan jerat itu ke lehernya sendiri. Hingga akhirnya Fir’aun tahu kedekatan hubungan Sarah dengan Allah SWT. Untuk itu dia menghadiahkan putrinya, Hajar menjadi pembantu Sarah, sebagai pengakuan terhadap keutamaan Sarah, dan akhirnya Sarah mengawinkan Hajar dengan Ibrahim AS 
Ibrahim AS kembali ke Palestina dan Allah menganugerahkan Isma’il dari Hajar. Sarah terbakar api cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk melenyapkan Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma’il. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu lembah yang tiada ditumbuhi tanaman, tepatnya di dekat Baitul-Haram, yang saat itu hanya berupa gundukan-gundukan tanah. Rasa gundah mulai menggayuti pikiran Ibrahim. Beliau menolek ke kiri dan kanan, lalu meletakkan putranya di dalam tenda, tepatnya di dekat mata air Zamzam. Saat itu di Makkah belum ada seorang pun manusia dan tidak ada mata air. Beliau meletakkan geriba, wadah air di dekat Hajar dan Isma’il, juga korma. Setelah itu beliau kembali lagi ke Palestina.
 beberapa hari kemudian, bekal dan air sudah habis. Sementara tidak ada mata air yang mengalir. Tiba-tiba mata air Zamzam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua, yang tak pernah habis hingga sekarang. Kisah mengenai hal ini sudah banyak diketahui secara lengkap.Suatu kabilah dari Yaman (Jurhum Kedua) datang di sana, dan atas perkenan ibu Isma’il mereka menetap di sana. Ada yang mengatakan mereka sudah berada di sana sebelum itu, menetap di lembah-lembah di pinggir kota Makkah. Adapun riwayat Al-Bukhari menegaskan bahwa mereka singgah di Makkah setelah kedatangan Isma’il dan ibunya, sebelum Isma’il remaj a. Mereka sudah biasa melewati jalur Makkah sebelum itu.Dari waktu ke waktu Ibrahim datang ke Makkah untuk menj enguk keluarganya. Beliau tidak tahu berapa kali kunjungan yang dilakukannya. Hanya saja menurut beberapa referensi sejarah yang dapat dipercaya, kunjungan itu dilakukan sebanyak empat kali. 

Allah SWT telah menyebutkan di dalam Al-Qur‘an, bahwa Ibrahim bermimpi selagi tidur, bahwa beliau menyembelih anaknya, Isma’il. Maka dari itu beliau bangun dan hendak melaksanakan mimpi yang dianggap sebagai sebuah perintah. 
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
 "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelepis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan, kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu', sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan, kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ” (AshShaffat : 103-107) 

Posisi Bangsa Arab dan Kaumnya dahulu

Janganlah kamu menjadi budak dinar dan budak dirham.janganjuga kamu menjadi pemburu keduanya (hadis).

   RUPIAH adalah mata uang Republik Indonesia. Lembaran-lembaran yang berharga tersebut sangat diburu oleh manusia, siang dan malam. Pemburu rupiah itu jika diteliti ada tiga kategori manusia. Pertama yang memburu dengan cara-cara yang halal sesuai dengan syariah. Kedua ada golongan yang tidak membedakan halal dan syubhat. Dan kategori yang ketiga adalah pemburu seperti singa lapar, tanpa mengenal halal haram. 

Alat tukar masa Nabi Muhammad SAW adalah dinar dan dirham. Sejak itu Rasulullah SAW telah melihat sejumlah manusia yang diperbudak oleh uang. Demi uang mereka menghalalkan segala cara. Mereka mengumpulkan uang sebanyak- banyaknya untuk dunianya. Abu Jahal, Walid bin Mughirah, terkenal sebagai manusia yang kaya raya, lalu dengan kekayaannya itu mereka meraih kekuasaan. Ketika kekuasaannya hilang. ternyata uang tak mampu membantunya. 
   Alat tukar Indonesia yang bernama rupiah itu memang perlu. Ia adalah bagian dari rezeki dari Allah SWT. Dengan uang manusia bisa membeli keperluannya, misalnya membeli makanan, minuman, membangun rumah, membeli kendaraan dan sebagainya. Tanpa uang, manusia kurang bersemangat, semakin banyak uang semakin bersemangat jika uang tersebut dapat dikelola dengan baik, tetapi uang bukan segala-galanya. 
     Betapa banyak politisi yang tersungkur karena banyaknya uang. Dengan uang yang berlimpah ruah mereka memperturutkan hawa nafsu, kadang-kadang mereka tertipu oleh gemerlap dunia, lupa bersujud kepada Allah SWT. Iblis menjadi guru, ulama menjadi musuh, teman lama yang miskin dilupakan,teman baru yang kaya didapatkan. Ibunya yang tua "dipanti jompo”kan, gadis simpanan dimanjakan dalam pelukan. 
    Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan; Orang yang paling aman di hari akhirat adalah orang yang menggunakan rezeki Allah untuk jalan kebaikan,dan orang yang paling susah diakhirat adalah orang yang menggunkan rezeki dari Allah untuk hal-hal yang haram.
    Para pencinta dunia hakikatnya adalah hamba atau budak harta. Mereka berburu harta, berlomba mengumpulkannya dengan berbagai cara. 

   Barangkali harta dunia telah berbisik kepadanya,  kalau engkau ingin mendapatkan aku dalam jumlah yang banyak maka : 
(1) Jangan terlalu memilih haram ataupun halal. 
(2) Manfaatkan waktumu untuk mengejarku siang malam. 
(3) Jangan terlalu memperhatikan ibadahmu. 
(4) Jangan menghadiri majlis ilmu karena akan mengurangi  waktumu untuk mendapatkanku.  
(5) Jika perlu, untuk meraihku, putuskan silaturrahmi dengan kerabatmu dan bermusuhanlah dengan sahabatmu.

    Ketahuilah bahwa Rasulullah mencela orang mau menjadi budak harta. Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Celaka budak dinar dan budak dirham, dan budak qathifah. Kalau diberikan dunia tersebut (dinar, dirham atau kain lembut tersebut) dia senang dan kalau tidak mendapatkannya dia pun tidak suka”.(H.R Imam Bukhari)

    Rasulullah menyebut orang yang menjadi budak harta adalah celaka. Kenapa, karena orang ini jahil. Kehidupannya hanya untuk mengejar harta dunia dan perhiasannya. Disebabkan kebodohannya pula maka dia lupa bahwa dunia ini adalah fana da nada kehidupan yang kekal di akhirat kelak.  

Allah berfirman:
  Bal tu’tsirunal hayaatad dun-yaa. Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Sedangkan kamu memilih kehidupan dunia. Pada hal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’la 16-17)

     Mereka ini disebut sebagai hamba harta karena kehidupannya adalah demi mengejar dan mengumpulkan harta, dinar, dirham dan qathifah yaitu kain yang lembut seperti sutra dan bludru. Kehidupannya diatur oleh kepentingan harta. Tatkala di fase awal  mengejar dan mengumpulkan harta dia menyangka dia akan mengatur hartanya. Kemudian ternyata harta telah mengatur hidupnya. 

    Kapan dia harus beristirahat, kapan harus berkumpul bersama keluarga bahkan kapan dia harus beribadah, kapan harus duduk di majlis taklim dan yang lainnya, semua diatur oleh harta atau kepentingan harta.  Baik ketika mencari, menjaga, mengembangkan  dan menyimpan dan membelanjakannya. Jadi mereka layak disebut sebagai budak atau hamba dari hartanya. 

   Sungguh Nabi menyebut mereka sebagai orang yang celaka karena jahil atau bodoh. Dia mengira harta bisa menyelamatkan dirinya dari adzab Allah Ta’ala pada hal dia telah lalai dalam mendekatkan diri kepada-Nya tersebab urusan harta.

   Oleh karena itu seorang hamba akan menjauhkan dirinya menjadi budak atau hamba harta. Pastilah paling selamat  menjadi hamba Allah dan berusaha mencari harta sebatas kebutuhan untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

  Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.

MANUSIA DIPERBUDAK UANG


 Agar umat manusia bisa terbangkitkan dalam kehidupan ini, berarti sebuah pandangan hidup yang menyeluruh mesti dia adopsi. Semua peradaban yang pernah jaya di muka bumi ini telah mengadopsi ideologi tempat diacunya semua urusan kehidupan dan dipecahkannya setiap masalah.
Kini umat manusia berada dalam keadaan yang tidak berbeda. Kita mesti memikirkan situasi kita secara mendalam dan tidak boleh menerima pandangan hidup manapun secara membabi buta. Kenyataannya adalah bahwa dua macam ideologi yang mendominasi dunia akhir-akhir ini, KapitaIisme dan Komunisme, telah diterima begitu saja tanpa terlebih dahulu memeriksa Iandasan dibangunnya kedua macam ideologi itu.


Apakah manusia abad ke-dua puluh ini sudah mencerna tentang makna Konsep kebebasan dan demokrasi yang sebenarnya? Apakah umat manusia bersifat ‘bebas‘ dalam semua sepak terjangnya? Pastilah ada pengaruh yang mengendalikan, tetapi dimana pengendalian yang diperankan oleh demokrasi sehingga mengangkangi kita? Pengendalian oleh minoritas yang terpilih yang didukung oleh kaum elit yang tak bermuka?
Suatu lingkungan yang semakin memburuk, tindak kriminal yang semakin meningkat, keluarga yang meretak dan membuyar, dan dorongan egois akan keuntungan dan individualisme semuanya merupakan manifestasi dari sistem-sistem buatan manusia. Berbagai sistem sekuler selalu membuka celah bagi tindak pelecehan, dan bahkan kepemimpinan yang tulus tidak bakal diharapkan bisa menuntun umat manusia dengan nengetahuan dan pemahamannya akan Kemaupan yang terbatas.

Bagian dari masalah kita dewasa ini adalah bahwa manusia tidak memikirkan keadaannya, dan beberapa pemikiran yang diajukan untuk memecahkan setiap masalah selalu didasarkan pada pandangan konsensus. Adalah merupakan kesalahan yang mendasar kalau kita mempercayai bahwa pandangan mayoritas atau pandangan keyakinan bersama kelompok bersifat benar sepanjang masa.
Kita melihat bahwa pandangan kebanyakan atau pandangan mayoritas bisa saja tanpa mengandung kebenaran sama sekali.
Di dalam masyarakat dimana dominasi publik yang tidak berakal bisa dilakukan dengan sangat mudah melalui kekuatan seperti media, maka pengendalian atas pandangan konsensus bisa dilakukan didekati secara sempurna. Hasilnya adalah pengrusakan sebagaimana kita saksikan terhadap lingkungan kita. Sudah tiba saatnya manusia untuk kembali meng-gunakan keintelekannya, dan tidak akan berhenti kepada sesuatu yang jauh dari kebenaran.
Setiap pengujian pilihan yang terbuka Iebar bagi umat manusia, tidak boleh meninggalkan akhir dari keyakinan monoteistis, suatu keimanan yang tata aturan perbuatan bagi umat manusianya telah ditetapkan dengan jelas tanpa adanya bias dan ketidakpastian.
Islam seluruhnya didasarkan atas keberadaan satu Pencipta yang telah menciptakan kita semua, kehidupan, dan alam semesta. Bukti tentang adanya sang Pencipta akan berada di depan mata kita, jika dan hanya iika. kita mau meluangkan waktu untuk memikirkann segala sesuatu yang bisa kita indera.
Telah diceritakan oleh Abu Anas dan Abu Dardah bahwa Muhammad saw berkata:

“Sejam berfikir (berkontemplasi, 
bertafakur) berpahala lebih banyak 
daripada meluangkan waktu sepanjang malam untuk sholat. "

Banyak hal yang telah kita ketahui keberadaannya, tetapi kita memahami bahwa tiada sesuatupun yang ada dengan sendirinya, semuanya bersifat terbatas dan berketergantungan. Sesuatu yang terbatas dan berhingga pastilah diciptakan.
Segala sesuatu yang berketergantungan pastilah bergantung kepada scsuatu yang berada di luarnya agar sesuatu itu bisa tetap ada dan bertahan. Naluri kita menceritakan kepada kita bahwa kita berhajad akan memuliakan sesuatu yang tampak Iebih besar daripada diri kita supaya kita memperoleh bimbingan, suatu naluri yang telah dipenuhi oleh manusia di sepanjang catatan sejarah.
Keimanan kepada Tuhan adalah bersifat naluriah dan rasional. Umat manusia menjadi beriman kepada Tuhan karena dia membutuhkan sebuah jawaban bagi pertanyaannya yang paling penting, tentang dari mana dia berasal dan mengapa dia berada di dunia ini, serta mau ke mana sesudah dunia ini. Keyakinan kepada Tuhan yang benar adalah berdasarkan atas intelektual, dengan emosi ikut berperan, tetapi hanya pemikiran intelektual dan fakta yang dibuktikan secara rasional sajalah yang akan menjadikan manusia benar-benar teryakinkan dari pemikiran itu dan kemudian bertindak sesuai dengan pemikiran itu.

HIDUP DAN KEMATIAN

Apabila Al-Qur’an merupakan kalamullah dan mu’jizat yang membuktikan kenabian Muhammad saw, kita mesti memeriksa kitab ini secara teliti dan menentukan keotentikannya tanpa keraguan. Telah dikenal bahwa suku-suku Arab pada jaman Muhammad merupakan penyair dan penulis berbahasa Arab yang termasyhur.

  Di kala itu sudah merupakan hal yang lumrah untuk pergi ke padang pasir dengan tujuan mempelajari kesusasteraaan Arab dan menulis puisi dan prosa dengan tujuan menghibur satu sama lain. Mereka mempergunakan bahasa Arab dengan kelancaran dan kedalaman pengungkapan serta penuh dengan harga diri. Ketika pewahyuan mulai datang pada diri Muhammad saw pada usianya yang Ke-empat puluh, gaya bahasalah yang menentukan wahyu berbeda dari yang lain yang selama itu ada atau bahkan setelah itu.

  Bukti keotentikan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan yang tak terbantah terletak dalam gaya bahasanya. Dari ayat yang pertama: '

“Bacalah dengan (menyebut) nama 
Tuhanmu yang menciptakan, Dia 
telah menciptakan manusia dari 
segumpal darah. Bacalah, dan 
Tuhanmu-lah yang paling pemurah, 
yang mengajar (manusia) dengan 
perantaraan kalam. Dia menga
jarkan kepada manusia apa yang 
tidak diketahuinya. " (QS. 96: 1-5) 

  Sampai dengan ayat yang paling akhir diungkapkan:
DanPeliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada A llah. Kemudian musingmasing diri diberi balasan yang sempuma terhadap apa yang telah  dikerjakannya, sedang mereka 
sedikitpun tidak dianiaya. " (QS. 2: 281)

Al-Qur’ an sepenuhnya telah berada pada ketinggian penuturan, retorika, dan ekspresi yang koheren. Al-Qur’an berlaku sebagai sebuah “karya” yang sempurna dengan gaya yang sama seakan merupakan sebuah kalimat dengan susunan yang sempurna dan teks wajar yang kuat.

  Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh orang-orang Arab di kala itu dan di kala sebelumnya, dan merupakan sesuatu yang  tidak bisa diungkapkan yang  sebelumnya belum pernah dirasakan.
  Salah seorang pujangga Arab yang tidak beriman di masa itu, Walid ibn Al Mughira, setelah mendengar Al-Qur’an dia berkata: ' "Demi Tuhan, tidak satupun di antara kamu yang lebih fasih daripada keahlianku dalam bidang syair, puisi, himne berirama, dan nyanyi-nyanyian, dan demi Tuhan, tak pernah aku mendengar sesuatu yang sama dengan yang dia (Muhammad) katakan. Ungkapan itu sedemikian manis dan indahnya sehingga ungkapan itu (A l-Qur 'an) akan selalu berada di puncak dan tidak akan pernah ada ungkapan Iain yang mampu menandinginya. ” Al-Qur’an berada dalam gaya kesusasteraan yang tidak seorang manusia pun yang mampu mendekati atau menandinginya.
  Gayanya tak bisa ditandingi oleh orang-orang Arab, dan inilah tantangan yang difirmankan Tuhan di dalam Al-Qur’an.

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan AIQur ’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang Iain. ” (QS. 17: 88) 


"Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuatbuatnya. " Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. 10: 38) 

  lnilah tantangan bagi mereka yang ragu. yang tetap tak pernah bisa tertandingi selama lebih dari ,1400 tahun sejak diturunkannya wahyu yang pertama. Tidak seorangpun ilmuwan yang berbahasa Arab maupun orang-orang muslim atau non muslim yang mampu menulis sekalipun berupa sebuah surat atau ayat yang bergaya bahasa Arab yang sekualitas dengan gaya AI-Qur’an.

 
    Orang-orang Arab berpotensi untuk mampu atau tidak mampu untuk meniru gaya AI-Qur’an. Bila ternyata mereka mampu menirunya, berarti kitab itu adalah buatan orang seperti mereka. Bila tidak mampu, maka hanya ada dua kemungkinan sumber lainnya yakni dari Muhammad saw atau dari Tuhan.

AL-QUR'AN MERUPAKAN KALAMULLAH


 Umat manusia selalu terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisik dan nalurinya. Tanpa adanya kriteria yang benar dan salah. manusia pasti akan terombang-ambing.

   Dunia sejarah telah penuh dengan penindasan manusia terhadap manusia lainnya. Kerakusan, keserakahan, pembunuhan, pengangkangan, manipulasi, dan sejenisnya merupakan perwujudan manusia dalam memenuhi naluri mempertahankan diri (gharizalul baqo ')-nya.

Apabila manusia telah tega membunuh manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya, maka sebenarnya manusia membutuhkan akan adanya pengendali terhadap segala tindakannya. Tanpa adanya kriteria tindakan tertentu, aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia yang satu akan bertontangan dengan manusia yang lain. kebebasan manusia yang satu merupakan penindasan bagi manusia yang lain. Tuhan tidak membiarkan manusia berbuat saenaknya, manusia tak akan pemah bisa bebas dalam berbuat dan bertindak menurut selera yang dia rasakan sebagai jalan terbaik. Hal ini sangat konsisten dengan pemahaman kita tentang manusia yang bersifat terbatas, bergantung, dan tidak sempurna.
   Sehingga bila manusia dibebaskan untuk menetapkan caranya sendiri, sistemnya sendiri. maka pasti akan timbul kekeliruan karena adanya keterbatasan pemahaman manusia akan kehidupan ini. Manusia selalu tidak pemah luput dari bias, disparitas, perbedaan, kontradiksi, dan pengaruh dari lingkungannya, manusia hampir tidak pernah mencapai kebenaran mutlak.
   Segala jenis buatan manusia akan selalu mengalami bias, disparitas, perbedaan, kontradiksi, dan pengaruh. Contoh kehidupan para politisi dan perkolusian mereka dengan komunitas bisnis pada era moderen ini bisa dijadikan pcngingat tentang betapa sifat fungsi politik yang mereka katakan adil, bisa mereka lecehkan sendiri.
    Naluri keberagamaan di dalam diri manusia akan menjadi pengingat bagi kita betapa umat manusia bisa terbelokkan dari tujuan hidupnya yang sebenamya. Sejarah telah menunjukkan banyak contoh manusia yang menyembah matahari, bintang, api, patung batu, dan kejadian yang paling mutakhir: menyembah buku. penulis. pemimpin, dan benda-benda yang bersifat materi. Dihadapkan dengan naluri yang kuat akan pensucian,manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini.
Akan tetapi tanpa suatu sistem atau petunjuk yang jelas dalam masalah ini, tindakan penyembahan yang mumi bersifat naluriah atau intuitif akan menjadikan manusia hidup dalam kehidupan yang terombang-ambing. Manusia harus mempergunakan akalnya untuk menetapkan sumber dari bentuk penyembahan /pensucian yang benar. Tidaklah mungkin bagi sesuatu yang terbatas untuk memahami sesuatu yang tidak terbatas. Oleh karena itu, Sang Pencipta telah memberi jalan komunikasi melalui sebuah saluran yang jelas bagi umat manusia.
     Tuhan telah mengutus Nabi dan Rasul (Nabi dengan membawa hukum syara’) kepada umat manusia untuk memberikan petunjuk bagi semua sepak terjang kehidupan manusia. Setiap Nabi telah diberi mu’jizat yang membuktikan keotentikan kenabiannya kepada umat manusia. Sehingga kita mengetahui Musa as telah diberi kekuatan mu’jizat ketika tongkatnya dia lemparkan dan berubah menjadi seoker ular yang menelan ular-ular para ahli sihir. Demikian pula Isa a.s telah diberi kemampuan untuk mengobati orang yang sakit. Mu’jizat yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw adalah berupa Al-Qur’an Kalamullah. Karena hanya para Rasul Allah sajalah yang diberi aturan ilahiyah (hukum syara’) dari Tuhan, maka Muhammad saw pastilah seorang Nabi dan Rasul Allah. Untuk membuktikan hal ini secara komprehensif kita mesti memeriksa Al-Qur’an secara kritis.

KEBUTUHAN MANUSIA AKAN NABI DAN ROSUL



Pertanyaan tentang sifat-sifat Tuhan, dan keberadaan neraka, surga, atau malaikat bisa menyulitkan kita karena kita tidak bisa mengindera semua itu. Padahal keterinderaan merupakan kriteria yang telah disebutkan di atas. Mungkinkah kita membuktikan keberadaan semua itu tanpa dengan melakukan penginderaan? Marilah kita memulai dengan keberadaan Tuhan. Sebagaimana diterang-kan sebelumnya, keberadaan Tuhan bisa dibuktikan dengan memikirkan segala sesuatu yang ada, dan mendeduksikan bahwa semuanya bersifat terbatas dan bergantung kepada yang lain. Jumlahan dari sesuatu yang terbatas dan bergantung kepada yang Iain akan bersifat terbatas dan sesuatu yang terbatas akan memiliki awal dan akhir.

Segala sesuatu yang terbatas pasti diciptakan karena berdasarkan pengamatan realitas kita mengetahui bahwa sesuatu yang bersifat terbatas itu tidak mampu menciptakan dirinya sendiri. Segala sesuatu yang bergantung tidak .bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Oleh karena itu sesuatu itu memerlukan sesuatu yang Iain agar bisa terjaga kelangsungannya; sesuatu tersebut tidak bisa ada dengan sendirinya. Penopang keberlangsungan segala sesuatu berdasarkan pembuktian rasional telah kita kenali. Kita telah menyebutnya sebagai Tuhan atau Alloh.

Bukti ini telah dilakukan melalui pemeriksaan terhadap segala sesuatu yang hm kim indera sehingga memenuhi kriteria batas indera kita. Fakta bahwa Tuhan itu tidak terbatas dan tidak bergantung kepada yang Iain, dan kita tidak bisa mengindera deskripsi atau sifat Tuhan. tidak ada hubungannya dengan pembuktian akan keberadaan Tuhan. Dan meluangkan waktu untuk mencoba mengindera apa-apa yang tidak bisa kita indera merupakan kegiatan yang tidak produktif dan tidak akan mengarahkan kita ke ‘kedamaian pikiran’.

Secara intelektual kita membawa argumen yang meyakinkan tentang keberadaan Tuhan. Kita mesti juga memeriksa apakah hal ini sesuai dengan fitrah manusia.

Manusia memiliki naluri dan kebutuhan jasmani tertentu yg selalu memerlukan pemenuhannya. Kebutunan Jasmani berupa makan dan minum, bila tidak dipenuhi, akan berakibat kematian manusia. Naluri bisa dikelompokkan menjadi tiga macam: naluri mempertahankan diri (gharizatul baqo'), naluri ketertarikan terhadap lawan jenis (gharizatun nau’), dan naluri beragama (gharizatut tadayyun). Dengan jelas kita bisa mengenali perwujudan atau perilaku manusia tertentu yang mencerminkan kebutuhannya untuk memenuhi naluri-naluri ini. Manusia mengumpulkan harta benda atau barang-barang yang indah semacam keinginan untuk memiliki harta kekayaan, keinginan untuk bekerja dan berpenghasilan, bisa menjadi bersifat rakus, dan menabung demi masa depan merupakan usaha untuk memenuhi naluri mempertahankan diri. Demikian pula perasaan kasih sayang, cinta, perkawinan, dan kecendrungan seksual merupakan ungkapan  gharizah nau’ manusia. Ke-inginan untuk melalukan penyembahan, pengkeramatan,pemujaan atau mendekati sesuatu yang memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar merupakan bagian dari perwujudan naluri beragama manusia.

Dalam dunia yang sangat sekuler dan materialistis barangkali banyak orang yang mengingkari adanya naluri beragama dalam diri manusia. Pendapat ini bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Bahkan dalam masyarakat yang paling atheis pun, seperti di bekas negara Rusia Komunis tempat bercokoInya aqidah komunisme yang mengingkari keberadaan Tuhan, kita menemukan adanya patung-patung para tokoh mereka yang terpajang di mana-mana Hal ini tidak lain merupakan perwujudan
untuk memenuhi keinginan manusia dalam mengagungkan sesuatu yang lebih besar daripada dirinya. Dengan demikian manusia telah terbelokkan dari menyembah Sang Pencipta menuju penyembahan terhadap orang semacam Lenin dan Marx.

   Keadaan di dunia Barat pun tiada berbeda. Di sana banyak manusia yang menyembah dan memuja orang-orang terkenal seperti politisi, pelaku bisnis yang herpengaruh, selibriti, raja, atau bahkan para olah ragawan. Situasi penyembahan terhadap manusia semacam itu pada akhimya tidaklah mampu memberikan kepuasan karena semua manusia sama-sama terbatas dan saling bergantungan. Manusia tidak mampu mempengaruhi nasib akhir manusia lainnya. Kita menyaksikan para politisi dan filosof berbuat kesalahan, para pelaku bisnis menderita kebangkrutan, dan tidak ada olahragawan yang mampu mengubah nasibnya.

    Bila manusia ingin memenuhi naluri beragamanya,dia harus mengagungkan sesuatu yang berkuasa atas dirinya, sesuatu yang merupakan tujuan akhir kembalinya semua manusia. Dengan menyembah dan mensucikan hubungan dengan Tuhan berarti manusia telah memiliki tujuan tertentu dalam kehidupan ini, berarti pula dia telah mengakui segala keterbatasan yang dia miliki, dan dia mencari petunjuk tentang segala persoalan hidup ini hanya dari samba satu-satunya yang berpengetahuan dan berpmahaman mutlak atas dirinya.
  Hanya dengan menyembah Sang Pencipta yang berpengetahuan dan berkekuasaan mutlak sajalah yang bisa merupakan bentuk penyembahan yang benar-benar memuaskan. penyembahan yang cocok sepenuhnya dengan naluri beragama manusia. Menyembah atau mengagungkan orang atau benda-benda lain semacam uang, secara intelektual bersifat lemah dan tiada pernah akan mampu memuaskan naluri kita. Sementara itu manusia barangkali meyakini keberadaan Tuhan dengan menggunakan emosi perasaan naluriahnya. Akan tetapi hal ini tidak bisa diandalkan dan berbahaya, karena cmosi itu bersifat berubah-ubah dan bisa menambah-nambah kesalahan terhadap keyakinan dan tindakan seseorang.

    Dalam sejarah kita telah menyaksikan bermacam-macam contoh manusia yang terombang-ambing dalam mempercayai fantasi atau perdukunan, atau mensifati Tuhan dengan sifat-sifat manusia. membahas masalah anak Tuhan, reinkarnasi Tuhan dan seterusnya. yang semuanya bersifat sesat dan dengan mudah bisa mengakibatkan goyahnya keyakinan. Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim unluk meyakini eksistensi Tuhan bukan hanya melalui perasaan emosi naluriah, tetapi juga dengan menggunakan akal. Orang yang beriman harus meyakini keberadaan Tuhan secara intelektual atau bila tidak demikian, perasaan emosi akan keimanan bisa berubah dengan mudah. Konsep yang diyakini oleh seseorang tidak akan mungkin berubah bila tidak ada argumen pembantah yang lebih kuat, sehingga penggunaan akal diperlukan agar pemahaman dan keyakinan bisa mengakar dengan kuat tanpa tergoyahkan. Perhatikan

 إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٍ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ


Firman Allah: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal. " (QS.Ali lmran: 190) 

Al-Qur’an telah memuat ratusan ayat yang mengarahkan manusia untuk memeriksa dan memikirkan alam semesta dan penciptaan secara mendalam, untuk memeriksa kesalingterkaitannya dan sifat-sifat yang mengarahkan seseorang untuk meyakini keberadaan Sang Pencipta dengan menggunakan akal dan pikiran. Perhatikan lagi
Firman Allah:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Sesungguhnya dalam penciptaan 

langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di Iaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. " (QS. Al Baqarah:164)


Keberadaan Tuhan telah kita buktikan dengan menggunakan argumen intelektual dan naluriah serta dengan memanfaatkan bukti yang berada dalam jangkauan indera kita. Dari posisi ini, kita perlu menanyakan bagian aqidah selanjutnya dan membuktikan kebenaran ayat-ayatnya. Kita mulai dengan memeriksa pertanyaan tentang petunjuk ilahiyah. Apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita, mekanisme apa yang diperlukan manusia untuk menyelesaikan segala permasalahannya?. 

APAKAH ISLAM SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BERSIFAT LENGKAP DAN BENAR?

Ketika kita merenungkan keberadaan sang Pencipta, kita menyimpulkan bahwa hanya ada salah satu dari tiga alternatif: Pertama, Dia diciptakan oleh sesuatu yang lain.
Kedua,Dia pencipta dan diciptakan pada saat yang sama.
Ketiga,Dia bersifat kekal,dengan sendirinya. diciptakan berarti bahwa dia itu terbatas dan oleh karena itu merupakan bagian dari penciptaan, dan maka dia bukanlah Pencipta yang tertinggi.

Adalah pemahaman yang kacau bahwa sesuatu itu bisa menciptakan dirinya sendiri dan ada pada waktu yang sama. Oleh karena itu Pencipta haruslah kekal dan tidak bergantung pada yang lain dalam waktu atau tempat manapun.

Sifat kekekalan atau ketakterhinggaan ini tidak bisa sepenuhnya kita indera, manusia adalah terbatas dan tidak bisa mengindera segala sesuatu. Ketika kita mendengar suara ketukan pintu, kita mempunyai perasaan yang kuat bahwa ada orang di balik pintu itu, tetapi kita tidak tahu siapa dia, kita hanya bisa berspekulasi.
 Berspekulasi tentang hakekat atau keterangan tentang Pencipta adalah tidak perlu, dan hanya merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak produktif. Kita lebih berhajad untuk membuktikan keberadaan Pencipta daripada berspekulasi tentang penjelasan rinci mengenai Pencipta yang berada di luar kemampuan kita.

Keinginan untuk memahami sesuatu secara lebih mendalam merupakan hal yang wajar. Untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang tak terhingga dan mandiri secara total mengharuskan kita supaya hanya mencari data yang teruji dari Pencipta itu. Berspekulasi tentang Pencipta hanya akan menimbulkan penderitaan dan kesalahan karena sesuatu yang tak diketahui tak bisa disimpulkan dengan akal kita yang terbatas.
  Setelah kehidupan ini nantinya akan ada hari akhir dan hari perhitungan atau pembalasan yang di kala itu nanti manusia alum kembali kehadirat sang Pencipta, Ialu dlikuti dengan keberadaan yang abadi di surga atau neraka.

Islam telah menjadikan penerimaan pandangan ini secara intelektual sebagai prasyarat untuk memasuki agama. Oleh karena itu secara intelektual kita harus menguji masalah ini secara teliti supaya bisa menganalisisnya, dan memutuskan kebenaran atau kekeliruannya.

Sebelum kita membahas lebih Ianjut, kita selesaikan terlebih dahulu Iandasan lslam atau aqidah tempat acuan bagi semua masalah dan aneka pertanyaan yang Iebih Ianjut dalam kehidupan ini.

Akidah Islam menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang menciptakan manusia,Malaikat dan Jin, Muhammad Saw adalah utusan Tuhan sebagai Nabi yang terakhir untuk membimbing umat manusia, kitab AI Qur’an adalah kalam Tuhan yang dikirimkan sebagai petunjuk bagi semua umat manusia. Selanjutnya setelah kehidupan ini manusia akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya ketika hidup di dunia sehingga mereka akan memasuki surga atau neraka.

Orang Islam (yang mematuhi keinginan Tuhan) secara intelektual harus meyakini hal-hal di atas sebagai fakta yang tidak bisa ditolak. Bila sudah demikian, maka dia akan mengarahkan semua tindakannya dan semua masalah besar dan kecil menuju ke Iandasan atau aqidah ini sebagai pangkal acuan. Isiam sebagai pandangan hidup yang lengkap (dalam bahasa Arab:dien) memiliki landasan ini sebagaimana diturunkan oIeh Tuhan, dan semua sistem kehidupan akan terpancar dan terarahkan dari Iandasan dasar ini.

Perlu diingat kembali akan aturan dasar yang perlu kita terapkan terhadap penilaian tentang aqidah ini atau penyelesaian meyeluruh atau aqidah yang lain. Yakni kita harus mengingat bahwa penyelesaian itu harus:

 1. Bersifat menyeluruh (komprehensif) dan mampu menjawab semua pertanyaan secara tuntas.

2. Sesuai dengan realitas sebagai fakta yang cocok dengan fitrah manusia dan secara intelektual mampu memuaskan akal.

3. Dipikirkan berdasarkan batas-batas indera kita, dan bukan merupakan hal yang tidak bisa kita pikirkan atau Kita indera.


  •   Sebuah masalah penting yang menyangkut Iandasan hidup kita dan bagaimana kita menuju ke arah itu tidak bisa diterima tanpa penelitian yang mendalam berdasarkan atas kriteria di atas yang bisa memuaskan akal dan menenteramkan hati kita.

SIFAT-SIFAT PENCIPTA


  Untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, kehidupan dan alam semesta ini, mari kita mulai dengan mengamati segala sesuatu yang kita ketahui secara pasti tentang ketiga hal tersebut di atas. Semua informasi awal yang kita miliki tentang ketiga persoalan di atas, mengungkapkan kepada kita bahwa ketiganya mempunyai
kesamaan dan aturan tertentu yang tidak berubah.
manusia, kehidupan, dan alam semesta  bersifat terbatas, bahkan semua hal yang bisa kita indera adalah terbatas. Yang kita maksudkan terbatas adalah bahwa semua itu mempunyai titik permulaan dan akhir, dan tidaktakterbatas. Kita bisa melihat bahwa manusia dilahirkan dan meninggal, dan manusia tidak bisa tumbuh di luar ukuran tertentu. baik tinggi maupun beratnya.
  Semua kehidupan juga terbatas. Bumi, bulan, dan bintang-bintang mempunyai titik permulaan dan akhir. Usia bintang atau galaksi mungkin bisa sangat lama, tetapi secara pasti semua itu bersifat terbatas, yakni mempunyai permulaan dan akhir. Alam semesta merupakan tempat yang sangat luas tetapi ia merupakan tempat yang terbatas, dan tidak tak terbatas.
 seorang pun ilmuwan yang mampu membuktikan secara pasti bahwa alam semesta itu tidak terbatas. Maka apabila orang mengatakan bahwa alam ini tak terbatas. berarti ia telah melangkah di luar batas analisis rasionalnya. Pemikiran yang demikian mengharuskan kita untuk menantang diri kita sendiri untuk menemukan satu contoh dalam dunia indera kita tentang perkara yang tak terbatas itu. Sepayah apapun kita mencari, kita tak bakal mampu menemukannya. Semua perkara yang bisa kita indera adalah bersifat terbatas, terhingga.
  Sifat manusia, kehidupan, dan alamsemesta yang ke dua adalah bahwa semuanya berbutuh dan bergantung. Berbutuh yakni agar ada, semuanya harus mendapatkan bantuan dari sesuatu yang lain, mereka tidak bisa berdiri sendiri. Manusia membutuhkan makanan dan air untuk mempertahankan hidup. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. mereka bargantung pada siklus air yang bergantung pada matahari. Matahari bergantung pada interaksi dengan galaksi dan massa yang terbakar. Tak satupun perkara yang bisa kita indera mampu mempertahankan dirinya tanpa bergantung dengan yang lain. Tak ada satupun hal yang terindera yang mandiri. Maka benda boleh ada, tetapi dia tak kuasa mengadakan dirinya sendiri.
  Fakta yang berhubungan erat dengan sifat keterbatasan, ketergantungan dan keberbutuhan ini adalah bahwa pada puncaknya harus ada satu Pencipta atau yang mengawali semua ini. Hasil penggabungan dari semua benda yang terbatas dan bergantung adalah berupa sesuatu yang terbatas dan bergantung pula. Bergantung pada apa? Bergantung pada sesuatu yang diperlukan untuk mengawali dan menjaga kelangsungan hidupnya, dan sesuatu yang merencanakan dan mengembangkan saling keterkaitan yang kompleks diantara semua benda hidup.
  Kita melihat benda-benda yang ada tanpa kesulitan atau pertanyaan, tetapi tidak ada benda yang ada dengan sendirinya secara mandiri dan mempunyai kontrol penuh terhadap keterwujudannya, atau mampu melanggengkan keberadaannya sendiri. Hanya bisa ada satu pemecahan terhadap pertanyaan tentang penciptaan, bahwa Pencipta yang tidak terbatas adalah penyebab dari semua yang kita lihat dan indera.

  Sesuatu yang terbatas mesti diciptakan. jika tidak, maka dia tidak akan ada. Semua benda yang terbatas bergantung pada sesuatu untuk menjaga kelangsungan keberadaannya. Kesimpulan ini tidak bisa diragukan lagi. tantanglah diri anda untuk mendatangkan sembarang contoh, segala sesuatu yang terbatas dan bergantung pastilah diciptakan.
   Cara kedua dalam melihat argumen ini menunjukkan bahwa jika penginderaan kita terbatas dan bergantung, kita hanya bisa menjelaskan dengan dua jalan semua yang kita indera keberadaannya bergantung kepada sesuatu yang Iain, yang selanjutnya bergantung pada sesuatu yang lain Iagi dan seterusnya sampai tak terhingga. atau semua yang kita indera keberadaannya bergantung kepada sesuatu yang lain yang ada dengan sendirinya dan kekal (azali). tidak terbatas.

Alternatif pertama bersifat salah karma alternatif itu tidak mampu menjelaskan tentang bagaimana segala sesuatu ini ada pada awalnya. dia tak bisa memberi alasan. Alternatif ini tidak memberikan alasan mengapa sesuatu yang berhingga dan terbatas itu ada. atau dari mana adanya. maka hal ini tidak masuk akal, tidak komplit dan tanpa menghasilkan sebuah jawaban bagi kita. Oleh karena itu kita menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang terbatas dan bergantung, pasti tergantung kepada sesuatu yang ada dengan sendirinya. Argumen ini muncul jika kita menghendaki adanya sebuah penjelasan atau pemahaman tentang Pencipta.

SATU TITIK TOLAK PEMIKIRAN

solusi terhadap pertanyaan mendasar


   solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar, namun juga harus memiliki sebuah titik acuan dan satu gambaran utuh agar bisa memecahkan sem ua masalah yang dihadapi. Singkatnya, manusia membutuhkan suatu ideologi atau pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan, yang dapat diyakini dan dipakai sebagai pengatur dalam segala sepak terjang kehidupannya.

Ada banyak jawaban tersedia untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang siapa kita, mengapa kita ada, serta bagaimana mengaitkan kehidupan sekarang dengan kehidupan sebelumnya, dan kehidupan di masa datang. Dalam hal ini tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana menggunakan akal semaksimal mungkin untuk menemukan solusi yang benar, artinya suatu solusi yang mencakup semua situasi dan bisa dibuktikan sertadipertanggungjawabkan kebenarannya terhadap realitas, dan rasio.

Dengan mengadopsi pemikiran dan pandangan hidup yang menyeluruh, maka manusia secara individual maupun kolektif akan mendapat ketenangan pikiran, Iandasan yang kokoh dan kuat, untuk bangkit dengan kebangkitan yang benar. Masyarakat membutuhkan sebuah pandangan hidup sebagai acuan bagi semua masalah dan penyelesaiannya. Adalah tidak benar membiarkan hidup berlalu tanpa berkontemplasi atau berpikir dan menentukan landasan sebagai pondasi untuk mengatur dan membangun kehidupan.

SOLUSI TERHADAP PERTANYAAN MENDASAR

Menjawab Pertanyaan Terbesar


Sebuah jawaban yang menyeluruh terhadap pertanyaan tentang manusia, kehidupan, dan alam semesta serta kesalingterkaitannya melalui pemikiran yang cemerlang, akan memberikan pemecahan bagi semua masalah. Masalah mendasar ini akan beraksi sebagai satu dasar atau titik acuan bagi beraneka macam persoalan parsial yang berkaitan dengan masalah utama atau hasil dari masalah utama.

Bersenjatakan dengan satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar ini. umat manusia ---individu dan Kolektif akan berada dalam posisi yang siap bangkit, terbebaskan dari kekhawatiran yang berkepanjangan akan pencarian suatu titik acuan yang benar bagi beraneka ragam persoalan mereka.

Kita sedang mencari dasar atau landasan ideologi (pandangan hidup) bagi kehidupan kita. Pemecahan yang mendasar atau menyeluruh ini harus sesuai dengan kenyataan dan secara kategoris terbukti benar.

   jika tidak, maka berbagai pemecahan yang keluar dari dasar ini akan menjadi salah semua. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita mesti menetapkan beberapa aturan dasar:

 1.Pemecahan harus bersifat menyeluruh. Kita mesti mempunyai pemecahan terhadap keseluruhan pertanvaan tentang manusia, kehidupan dan alam semesta. Tanpa ini, berbagai pertanyaan atau masalah yang muncul dari kehidupan akan Ietap tak terjawab.

2. Pemecahan harus sesuai dengan fakta dan merupakan fakta yang bisa teruji. Untuk memenuhi ini, jawaban hams sesuai dengan furah manusia dan memuaskan akal.

3. Untuk memecahkan pertanyaan secara rasional. kita harus membatasi diri kita ke segala sesuatu yang bisa kita pahami dan indera. Secara rasional kita tidak bisa menganalisis perkara yang hipotetis atau di luar kapasitas kiln untuk memahaminya.

Dengan kriteria ini. kita bisa melanjutkan untuk menantang diri kita dengan pertanyaan yang paling penting inilah satu tantangan untuk memecahkannya dengan kepastian seratus persen, atau bila tidak, kita akan tetap, berada dalam kegelapan dan keraguan yang membawa kekhawatiran dan ketidak-efisienan hidup.

MENJAWAB PERTANYAAN TERBESAR

    Darimana saya berasal, untuk apa saya ada, dan mau kemana saya pergi? merupakan pertanyaan yang keluar dari mulut setiap anak pada fase perkembangan tertentu. Apa kaitan antara kehidupan ini dengan sebelum kehidupan, dan ada apa sesudah kehidupan ini? Semua ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mendasar dan alamiah yang ingin dijawab manusia, dan manusia memang membutuhkan jawaban. untuk dijadikan dasar pijakan bagi semua tindakannya. Tanpa sebuah jawaban, kita akan terhanyut dalam pandangan kehidupan yang sempit, yakni hanya melihat apa yang ada sekarang tanpa memperhatikan masa Ialu dan masa yang akan datang.

   Pandangan hidup yang demikian dapat dianalogikan dengan seseorang yang melamar pekerjaan tanpa menanyakan tentang sejarah perusahaan, untuk siapa dia akan bekerja, mengapa karyawan sebeIumnya keluar dari pekerjaan yang akan dia masuki, apa pekerjaannya, bagaimana kemungkinan perkembangan pekerjaannya, bagaimana prospek promosi, dan sebagainya. Sederhananya, melamar pekerjaan tanpa merujuk ke masa lalu dan masa mendatang serta bagaimana kesalingterkaitannya termasuk jenis berpikir dangkal dan naif.

   Bila seseorang yang sedang pingsan kemudian terbangun di sebuah ruangan yang gelap, secara wajar dia akan bertanya: siapa yang membawa saya ke sini? mengapa saya berada di sini? dan apa yang akan terjadi selanjutnya (atau ada apa di luar mangan ini?).

   Demikian pula pertanyaan tentang apa yang akan terjadi sesudah mati, akan membangkitkan perasaan yang menakutkan bagi kebanyakan manusia, apabila mereka tidak memiliki sebuah jawaban yang meyakinkan.

  Jika kita menganggap keberadaan kita sebelum lahir sebagai sesuatu yang tidak diketahui, orang mungkin berkata bahwa hal ini tak ada urusannya dengan kita. tetapi hal ini menyebabkan kita menjadi kembali ke suatu keadaan ketidakpastian tentang masalah sesudah mati.

  Pokok permasalahan yang sebenarnya adalah bahwa kita menginginkan dan membutuhkan jawaban, dan kita menghendaki jawaban dengan kejelasan dan kepastian yang mutlak.

PERTANYAAN KEHIDUPAN MANUSIA

  Sebagaimana pentingnya berpikir, cara seseorang dalam memulai untuk berpikir juga berpengaruh terhadap tingkah laku dan mutu pemecahan masalahnya.

Umat manusia secara fitrah mempunyai naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyah) tertentu dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut. Orang akan mati bila kebutuhan jasmani; makan dan minum tidak dipenuhi. Tidak dipenuhinya naluri untuk mempertahankan diri atau melangsungkan keturunan akan menimbulkan kegelisahan.

Binatang juga mempunyai naluri dan kebutuhan jasmani, tetapi yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk berpikir. Manusia mengalami kemajuan aan Kebangkitan. Manusia memenuhi kebutuhannya setelah melalui aktivitas berpikir.

Sebagai contoh; sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa di dalam masyarakat ada aturan. Kita tahu bahwa mencuri bukan suatu alasan naluriah untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Demikian pula dorongan seksual tidak bisa dipenuhi sekehendak hati kita sendiri.

Ada bermacam-macam cara manusia berpikir. Bcrpikir bisa dilakukan secara dangkal, mendalam, atau cemerlang. Orang yang berpikir dangkal cenderung untuk memutuskan perkara berdasarkan pada penglihatan sekilas dan mengambil keputusan tanpa disertai dengan pemahaman. Sebaliknya orang yang berpikir mendalam akan menguji fakta secara mendetail. Begitu perkaranya dipahami, setelah itu barulah diambil suatu keputusan.

Dengan pemikiran yang cemerlang tidak hanya memahami fakta, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan fakta. Setelah semuanya dipahami, barulah perkara diputuskan. Orang yang Iangsung membeli meja yang indah dan menarik seleranya adalah orang yang berpikir dangkal. Sedangkan orang yang mencermati terlebih dahulu jenis kayu, pernis, dan konstruksinya, bisa dikatakan berpikir mendalam. Orang yang mempertimbangkan semua hal di atas serta kegunaan meja baginya, ukuran ruangan yang akan dir tempati dan kondisi keuangannya, dikatakan memiliki pemikiran cemerlang.

Manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya dengan menggunakan salah Satu dari ketiga jenis pemikiran tersebut di atas. Akan tetapi nanya dengan pemlkiran cemerlang, yang mengikut-sertakan pertimbangan fakta, informasi awal, dan semua hal lain yang terkait, yang akan meraih sukses di masa depan.

Pandangan yang menyatakan bahwa setiap manusia telah mempunyai semua jawaban dan bisa menentukan apa saja bagi dirinya sendiri, merupakan pandangan yang dangkal. Pandangan ini tidak melihat keterbatasan yang ada pada manusia. Dengan kata lain, tidak mempertimbangkan semua aspek yang ada dalam lingkungan manusia, baik itu yang berkaitan dengan masa lalu dan masa yang akan datang.

Demikian pula, yang melihat secara mendalam dan mengkategorikan manusia hanya berupa daging dan tulang, serta meneliti bagaimana lingkungan atau alam telah berubah, tidaklah mengungkap awal mula manusia dan keterkaitannya deng. kehidupan ini. Hanya pemikiran cemerlang yang bisa memberikan jawaban menyeluruh terhadap semua pertanyaan yang ajukan.

PENTINGNYA PEMIKIRAN YANG CEMERLANG

Subscribe Our Newsletter