-->

Halaman

    Social Items

Janganlah kamu menjadi budak dinar dan budak dirham.janganjuga kamu menjadi pemburu keduanya (hadis).

   RUPIAH adalah mata uang Republik Indonesia. Lembaran-lembaran yang berharga tersebut sangat diburu oleh manusia, siang dan malam. Pemburu rupiah itu jika diteliti ada tiga kategori manusia. Pertama yang memburu dengan cara-cara yang halal sesuai dengan syariah. Kedua ada golongan yang tidak membedakan halal dan syubhat. Dan kategori yang ketiga adalah pemburu seperti singa lapar, tanpa mengenal halal haram. 

Alat tukar masa Nabi Muhammad SAW adalah dinar dan dirham. Sejak itu Rasulullah SAW telah melihat sejumlah manusia yang diperbudak oleh uang. Demi uang mereka menghalalkan segala cara. Mereka mengumpulkan uang sebanyak- banyaknya untuk dunianya. Abu Jahal, Walid bin Mughirah, terkenal sebagai manusia yang kaya raya, lalu dengan kekayaannya itu mereka meraih kekuasaan. Ketika kekuasaannya hilang. ternyata uang tak mampu membantunya. 
   Alat tukar Indonesia yang bernama rupiah itu memang perlu. Ia adalah bagian dari rezeki dari Allah SWT. Dengan uang manusia bisa membeli keperluannya, misalnya membeli makanan, minuman, membangun rumah, membeli kendaraan dan sebagainya. Tanpa uang, manusia kurang bersemangat, semakin banyak uang semakin bersemangat jika uang tersebut dapat dikelola dengan baik, tetapi uang bukan segala-galanya. 
     Betapa banyak politisi yang tersungkur karena banyaknya uang. Dengan uang yang berlimpah ruah mereka memperturutkan hawa nafsu, kadang-kadang mereka tertipu oleh gemerlap dunia, lupa bersujud kepada Allah SWT. Iblis menjadi guru, ulama menjadi musuh, teman lama yang miskin dilupakan,teman baru yang kaya didapatkan. Ibunya yang tua "dipanti jompo”kan, gadis simpanan dimanjakan dalam pelukan. 
    Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan; Orang yang paling aman di hari akhirat adalah orang yang menggunakan rezeki Allah untuk jalan kebaikan,dan orang yang paling susah diakhirat adalah orang yang menggunkan rezeki dari Allah untuk hal-hal yang haram.
    Para pencinta dunia hakikatnya adalah hamba atau budak harta. Mereka berburu harta, berlomba mengumpulkannya dengan berbagai cara. 

   Barangkali harta dunia telah berbisik kepadanya,  kalau engkau ingin mendapatkan aku dalam jumlah yang banyak maka : 
(1) Jangan terlalu memilih haram ataupun halal. 
(2) Manfaatkan waktumu untuk mengejarku siang malam. 
(3) Jangan terlalu memperhatikan ibadahmu. 
(4) Jangan menghadiri majlis ilmu karena akan mengurangi  waktumu untuk mendapatkanku.  
(5) Jika perlu, untuk meraihku, putuskan silaturrahmi dengan kerabatmu dan bermusuhanlah dengan sahabatmu.

    Ketahuilah bahwa Rasulullah mencela orang mau menjadi budak harta. Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Celaka budak dinar dan budak dirham, dan budak qathifah. Kalau diberikan dunia tersebut (dinar, dirham atau kain lembut tersebut) dia senang dan kalau tidak mendapatkannya dia pun tidak suka”.(H.R Imam Bukhari)

    Rasulullah menyebut orang yang menjadi budak harta adalah celaka. Kenapa, karena orang ini jahil. Kehidupannya hanya untuk mengejar harta dunia dan perhiasannya. Disebabkan kebodohannya pula maka dia lupa bahwa dunia ini adalah fana da nada kehidupan yang kekal di akhirat kelak.  

Allah berfirman:
  Bal tu’tsirunal hayaatad dun-yaa. Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Sedangkan kamu memilih kehidupan dunia. Pada hal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’la 16-17)

     Mereka ini disebut sebagai hamba harta karena kehidupannya adalah demi mengejar dan mengumpulkan harta, dinar, dirham dan qathifah yaitu kain yang lembut seperti sutra dan bludru. Kehidupannya diatur oleh kepentingan harta. Tatkala di fase awal  mengejar dan mengumpulkan harta dia menyangka dia akan mengatur hartanya. Kemudian ternyata harta telah mengatur hidupnya. 

    Kapan dia harus beristirahat, kapan harus berkumpul bersama keluarga bahkan kapan dia harus beribadah, kapan harus duduk di majlis taklim dan yang lainnya, semua diatur oleh harta atau kepentingan harta.  Baik ketika mencari, menjaga, mengembangkan  dan menyimpan dan membelanjakannya. Jadi mereka layak disebut sebagai budak atau hamba dari hartanya. 

   Sungguh Nabi menyebut mereka sebagai orang yang celaka karena jahil atau bodoh. Dia mengira harta bisa menyelamatkan dirinya dari adzab Allah Ta’ala pada hal dia telah lalai dalam mendekatkan diri kepada-Nya tersebab urusan harta.

   Oleh karena itu seorang hamba akan menjauhkan dirinya menjadi budak atau hamba harta. Pastilah paling selamat  menjadi hamba Allah dan berusaha mencari harta sebatas kebutuhan untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

  Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.

MANUSIA DIPERBUDAK UANG

Janganlah kamu menjadi budak dinar dan budak dirham.janganjuga kamu menjadi pemburu keduanya (hadis).

   RUPIAH adalah mata uang Republik Indonesia. Lembaran-lembaran yang berharga tersebut sangat diburu oleh manusia, siang dan malam. Pemburu rupiah itu jika diteliti ada tiga kategori manusia. Pertama yang memburu dengan cara-cara yang halal sesuai dengan syariah. Kedua ada golongan yang tidak membedakan halal dan syubhat. Dan kategori yang ketiga adalah pemburu seperti singa lapar, tanpa mengenal halal haram. 

Alat tukar masa Nabi Muhammad SAW adalah dinar dan dirham. Sejak itu Rasulullah SAW telah melihat sejumlah manusia yang diperbudak oleh uang. Demi uang mereka menghalalkan segala cara. Mereka mengumpulkan uang sebanyak- banyaknya untuk dunianya. Abu Jahal, Walid bin Mughirah, terkenal sebagai manusia yang kaya raya, lalu dengan kekayaannya itu mereka meraih kekuasaan. Ketika kekuasaannya hilang. ternyata uang tak mampu membantunya. 
   Alat tukar Indonesia yang bernama rupiah itu memang perlu. Ia adalah bagian dari rezeki dari Allah SWT. Dengan uang manusia bisa membeli keperluannya, misalnya membeli makanan, minuman, membangun rumah, membeli kendaraan dan sebagainya. Tanpa uang, manusia kurang bersemangat, semakin banyak uang semakin bersemangat jika uang tersebut dapat dikelola dengan baik, tetapi uang bukan segala-galanya. 
     Betapa banyak politisi yang tersungkur karena banyaknya uang. Dengan uang yang berlimpah ruah mereka memperturutkan hawa nafsu, kadang-kadang mereka tertipu oleh gemerlap dunia, lupa bersujud kepada Allah SWT. Iblis menjadi guru, ulama menjadi musuh, teman lama yang miskin dilupakan,teman baru yang kaya didapatkan. Ibunya yang tua "dipanti jompo”kan, gadis simpanan dimanjakan dalam pelukan. 
    Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan; Orang yang paling aman di hari akhirat adalah orang yang menggunakan rezeki Allah untuk jalan kebaikan,dan orang yang paling susah diakhirat adalah orang yang menggunkan rezeki dari Allah untuk hal-hal yang haram.
    Para pencinta dunia hakikatnya adalah hamba atau budak harta. Mereka berburu harta, berlomba mengumpulkannya dengan berbagai cara. 

   Barangkali harta dunia telah berbisik kepadanya,  kalau engkau ingin mendapatkan aku dalam jumlah yang banyak maka : 
(1) Jangan terlalu memilih haram ataupun halal. 
(2) Manfaatkan waktumu untuk mengejarku siang malam. 
(3) Jangan terlalu memperhatikan ibadahmu. 
(4) Jangan menghadiri majlis ilmu karena akan mengurangi  waktumu untuk mendapatkanku.  
(5) Jika perlu, untuk meraihku, putuskan silaturrahmi dengan kerabatmu dan bermusuhanlah dengan sahabatmu.

    Ketahuilah bahwa Rasulullah mencela orang mau menjadi budak harta. Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Celaka budak dinar dan budak dirham, dan budak qathifah. Kalau diberikan dunia tersebut (dinar, dirham atau kain lembut tersebut) dia senang dan kalau tidak mendapatkannya dia pun tidak suka”.(H.R Imam Bukhari)

    Rasulullah menyebut orang yang menjadi budak harta adalah celaka. Kenapa, karena orang ini jahil. Kehidupannya hanya untuk mengejar harta dunia dan perhiasannya. Disebabkan kebodohannya pula maka dia lupa bahwa dunia ini adalah fana da nada kehidupan yang kekal di akhirat kelak.  

Allah berfirman:
  Bal tu’tsirunal hayaatad dun-yaa. Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Sedangkan kamu memilih kehidupan dunia. Pada hal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’la 16-17)

     Mereka ini disebut sebagai hamba harta karena kehidupannya adalah demi mengejar dan mengumpulkan harta, dinar, dirham dan qathifah yaitu kain yang lembut seperti sutra dan bludru. Kehidupannya diatur oleh kepentingan harta. Tatkala di fase awal  mengejar dan mengumpulkan harta dia menyangka dia akan mengatur hartanya. Kemudian ternyata harta telah mengatur hidupnya. 

    Kapan dia harus beristirahat, kapan harus berkumpul bersama keluarga bahkan kapan dia harus beribadah, kapan harus duduk di majlis taklim dan yang lainnya, semua diatur oleh harta atau kepentingan harta.  Baik ketika mencari, menjaga, mengembangkan  dan menyimpan dan membelanjakannya. Jadi mereka layak disebut sebagai budak atau hamba dari hartanya. 

   Sungguh Nabi menyebut mereka sebagai orang yang celaka karena jahil atau bodoh. Dia mengira harta bisa menyelamatkan dirinya dari adzab Allah Ta’ala pada hal dia telah lalai dalam mendekatkan diri kepada-Nya tersebab urusan harta.

   Oleh karena itu seorang hamba akan menjauhkan dirinya menjadi budak atau hamba harta. Pastilah paling selamat  menjadi hamba Allah dan berusaha mencari harta sebatas kebutuhan untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

  Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
Load Comments

Subscribe Our Newsletter