-->

Halaman

    Social Items

Apabila Al-Qur’an merupakan kalamullah dan mu’jizat yang membuktikan kenabian Muhammad saw, kita mesti memeriksa kitab ini secara teliti dan menentukan keotentikannya tanpa keraguan. Telah dikenal bahwa suku-suku Arab pada jaman Muhammad merupakan penyair dan penulis berbahasa Arab yang termasyhur.

  Di kala itu sudah merupakan hal yang lumrah untuk pergi ke padang pasir dengan tujuan mempelajari kesusasteraaan Arab dan menulis puisi dan prosa dengan tujuan menghibur satu sama lain. Mereka mempergunakan bahasa Arab dengan kelancaran dan kedalaman pengungkapan serta penuh dengan harga diri. Ketika pewahyuan mulai datang pada diri Muhammad saw pada usianya yang Ke-empat puluh, gaya bahasalah yang menentukan wahyu berbeda dari yang lain yang selama itu ada atau bahkan setelah itu.

  Bukti keotentikan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan yang tak terbantah terletak dalam gaya bahasanya. Dari ayat yang pertama: '

“Bacalah dengan (menyebut) nama 
Tuhanmu yang menciptakan, Dia 
telah menciptakan manusia dari 
segumpal darah. Bacalah, dan 
Tuhanmu-lah yang paling pemurah, 
yang mengajar (manusia) dengan 
perantaraan kalam. Dia menga
jarkan kepada manusia apa yang 
tidak diketahuinya. " (QS. 96: 1-5) 

  Sampai dengan ayat yang paling akhir diungkapkan:
DanPeliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada A llah. Kemudian musingmasing diri diberi balasan yang sempuma terhadap apa yang telah  dikerjakannya, sedang mereka 
sedikitpun tidak dianiaya. " (QS. 2: 281)

Al-Qur’ an sepenuhnya telah berada pada ketinggian penuturan, retorika, dan ekspresi yang koheren. Al-Qur’an berlaku sebagai sebuah “karya” yang sempurna dengan gaya yang sama seakan merupakan sebuah kalimat dengan susunan yang sempurna dan teks wajar yang kuat.

  Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh orang-orang Arab di kala itu dan di kala sebelumnya, dan merupakan sesuatu yang  tidak bisa diungkapkan yang  sebelumnya belum pernah dirasakan.
  Salah seorang pujangga Arab yang tidak beriman di masa itu, Walid ibn Al Mughira, setelah mendengar Al-Qur’an dia berkata: ' "Demi Tuhan, tidak satupun di antara kamu yang lebih fasih daripada keahlianku dalam bidang syair, puisi, himne berirama, dan nyanyi-nyanyian, dan demi Tuhan, tak pernah aku mendengar sesuatu yang sama dengan yang dia (Muhammad) katakan. Ungkapan itu sedemikian manis dan indahnya sehingga ungkapan itu (A l-Qur 'an) akan selalu berada di puncak dan tidak akan pernah ada ungkapan Iain yang mampu menandinginya. ” Al-Qur’an berada dalam gaya kesusasteraan yang tidak seorang manusia pun yang mampu mendekati atau menandinginya.
  Gayanya tak bisa ditandingi oleh orang-orang Arab, dan inilah tantangan yang difirmankan Tuhan di dalam Al-Qur’an.

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan AIQur ’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang Iain. ” (QS. 17: 88) 


"Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuatbuatnya. " Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. 10: 38) 

  lnilah tantangan bagi mereka yang ragu. yang tetap tak pernah bisa tertandingi selama lebih dari ,1400 tahun sejak diturunkannya wahyu yang pertama. Tidak seorangpun ilmuwan yang berbahasa Arab maupun orang-orang muslim atau non muslim yang mampu menulis sekalipun berupa sebuah surat atau ayat yang bergaya bahasa Arab yang sekualitas dengan gaya AI-Qur’an.

 
    Orang-orang Arab berpotensi untuk mampu atau tidak mampu untuk meniru gaya AI-Qur’an. Bila ternyata mereka mampu menirunya, berarti kitab itu adalah buatan orang seperti mereka. Bila tidak mampu, maka hanya ada dua kemungkinan sumber lainnya yakni dari Muhammad saw atau dari Tuhan.

AL-QUR'AN MERUPAKAN KALAMULLAH

Apabila Al-Qur’an merupakan kalamullah dan mu’jizat yang membuktikan kenabian Muhammad saw, kita mesti memeriksa kitab ini secara teliti dan menentukan keotentikannya tanpa keraguan. Telah dikenal bahwa suku-suku Arab pada jaman Muhammad merupakan penyair dan penulis berbahasa Arab yang termasyhur.

  Di kala itu sudah merupakan hal yang lumrah untuk pergi ke padang pasir dengan tujuan mempelajari kesusasteraaan Arab dan menulis puisi dan prosa dengan tujuan menghibur satu sama lain. Mereka mempergunakan bahasa Arab dengan kelancaran dan kedalaman pengungkapan serta penuh dengan harga diri. Ketika pewahyuan mulai datang pada diri Muhammad saw pada usianya yang Ke-empat puluh, gaya bahasalah yang menentukan wahyu berbeda dari yang lain yang selama itu ada atau bahkan setelah itu.

  Bukti keotentikan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan yang tak terbantah terletak dalam gaya bahasanya. Dari ayat yang pertama: '

“Bacalah dengan (menyebut) nama 
Tuhanmu yang menciptakan, Dia 
telah menciptakan manusia dari 
segumpal darah. Bacalah, dan 
Tuhanmu-lah yang paling pemurah, 
yang mengajar (manusia) dengan 
perantaraan kalam. Dia menga
jarkan kepada manusia apa yang 
tidak diketahuinya. " (QS. 96: 1-5) 

  Sampai dengan ayat yang paling akhir diungkapkan:
DanPeliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada A llah. Kemudian musingmasing diri diberi balasan yang sempuma terhadap apa yang telah  dikerjakannya, sedang mereka 
sedikitpun tidak dianiaya. " (QS. 2: 281)

Al-Qur’ an sepenuhnya telah berada pada ketinggian penuturan, retorika, dan ekspresi yang koheren. Al-Qur’an berlaku sebagai sebuah “karya” yang sempurna dengan gaya yang sama seakan merupakan sebuah kalimat dengan susunan yang sempurna dan teks wajar yang kuat.

  Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh orang-orang Arab di kala itu dan di kala sebelumnya, dan merupakan sesuatu yang  tidak bisa diungkapkan yang  sebelumnya belum pernah dirasakan.
  Salah seorang pujangga Arab yang tidak beriman di masa itu, Walid ibn Al Mughira, setelah mendengar Al-Qur’an dia berkata: ' "Demi Tuhan, tidak satupun di antara kamu yang lebih fasih daripada keahlianku dalam bidang syair, puisi, himne berirama, dan nyanyi-nyanyian, dan demi Tuhan, tak pernah aku mendengar sesuatu yang sama dengan yang dia (Muhammad) katakan. Ungkapan itu sedemikian manis dan indahnya sehingga ungkapan itu (A l-Qur 'an) akan selalu berada di puncak dan tidak akan pernah ada ungkapan Iain yang mampu menandinginya. ” Al-Qur’an berada dalam gaya kesusasteraan yang tidak seorang manusia pun yang mampu mendekati atau menandinginya.
  Gayanya tak bisa ditandingi oleh orang-orang Arab, dan inilah tantangan yang difirmankan Tuhan di dalam Al-Qur’an.

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan AIQur ’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang Iain. ” (QS. 17: 88) 


"Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuatbuatnya. " Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. 10: 38) 

  lnilah tantangan bagi mereka yang ragu. yang tetap tak pernah bisa tertandingi selama lebih dari ,1400 tahun sejak diturunkannya wahyu yang pertama. Tidak seorangpun ilmuwan yang berbahasa Arab maupun orang-orang muslim atau non muslim yang mampu menulis sekalipun berupa sebuah surat atau ayat yang bergaya bahasa Arab yang sekualitas dengan gaya AI-Qur’an.

 
    Orang-orang Arab berpotensi untuk mampu atau tidak mampu untuk meniru gaya AI-Qur’an. Bila ternyata mereka mampu menirunya, berarti kitab itu adalah buatan orang seperti mereka. Bila tidak mampu, maka hanya ada dua kemungkinan sumber lainnya yakni dari Muhammad saw atau dari Tuhan.
Load Comments

Subscribe Our Newsletter