Ketika kita merenungkan keberadaan sang Pencipta, kita menyimpulkan bahwa hanya ada salah satu dari tiga alternatif: Pertama, Dia diciptakan oleh sesuatu yang lain.
Kedua,Dia pencipta dan diciptakan pada saat yang sama.
Ketiga,Dia bersifat kekal,dengan sendirinya. diciptakan berarti bahwa dia itu terbatas dan oleh karena itu merupakan bagian dari penciptaan, dan maka dia bukanlah Pencipta yang tertinggi.
Adalah pemahaman yang kacau bahwa sesuatu itu bisa menciptakan dirinya sendiri dan ada pada waktu yang sama. Oleh karena itu Pencipta haruslah kekal dan tidak bergantung pada yang lain dalam waktu atau tempat manapun.
Sifat kekekalan atau ketakterhinggaan ini tidak bisa sepenuhnya kita indera, manusia adalah terbatas dan tidak bisa mengindera segala sesuatu. Ketika kita mendengar suara ketukan pintu, kita mempunyai perasaan yang kuat bahwa ada orang di balik pintu itu, tetapi kita tidak tahu siapa dia, kita hanya bisa berspekulasi.
Berspekulasi tentang hakekat atau keterangan tentang Pencipta adalah tidak perlu, dan hanya merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak produktif. Kita lebih berhajad untuk membuktikan keberadaan Pencipta daripada berspekulasi tentang penjelasan rinci mengenai Pencipta yang berada di luar kemampuan kita.
Keinginan untuk memahami sesuatu secara lebih mendalam merupakan hal yang wajar. Untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang tak terhingga dan mandiri secara total mengharuskan kita supaya hanya mencari data yang teruji dari Pencipta itu. Berspekulasi tentang Pencipta hanya akan menimbulkan penderitaan dan kesalahan karena sesuatu yang tak diketahui tak bisa disimpulkan dengan akal kita yang terbatas.
Setelah kehidupan ini nantinya akan ada hari akhir dan hari perhitungan atau pembalasan yang di kala itu nanti manusia alum kembali kehadirat sang Pencipta, Ialu dlikuti dengan keberadaan yang abadi di surga atau neraka.
Islam telah menjadikan penerimaan pandangan ini secara intelektual sebagai prasyarat untuk memasuki agama. Oleh karena itu secara intelektual kita harus menguji masalah ini secara teliti supaya bisa menganalisisnya, dan memutuskan kebenaran atau kekeliruannya.
Sebelum kita membahas lebih Ianjut, kita selesaikan terlebih dahulu Iandasan lslam atau aqidah tempat acuan bagi semua masalah dan aneka pertanyaan yang Iebih Ianjut dalam kehidupan ini.
Akidah Islam menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang menciptakan manusia,Malaikat dan Jin, Muhammad Saw adalah utusan Tuhan sebagai Nabi yang terakhir untuk membimbing umat manusia, kitab AI Qur’an adalah kalam Tuhan yang dikirimkan sebagai petunjuk bagi semua umat manusia. Selanjutnya setelah kehidupan ini manusia akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya ketika hidup di dunia sehingga mereka akan memasuki surga atau neraka.
Orang Islam (yang mematuhi keinginan Tuhan) secara intelektual harus meyakini hal-hal di atas sebagai fakta yang tidak bisa ditolak. Bila sudah demikian, maka dia akan mengarahkan semua tindakannya dan semua masalah besar dan kecil menuju ke Iandasan atau aqidah ini sebagai pangkal acuan. Isiam sebagai pandangan hidup yang lengkap (dalam bahasa Arab:dien) memiliki landasan ini sebagaimana diturunkan oIeh Tuhan, dan semua sistem kehidupan akan terpancar dan terarahkan dari Iandasan dasar ini.
Perlu diingat kembali akan aturan dasar yang perlu kita terapkan terhadap penilaian tentang aqidah ini atau penyelesaian meyeluruh atau aqidah yang lain. Yakni kita harus mengingat bahwa penyelesaian itu harus:
1. Bersifat menyeluruh (komprehensif) dan mampu menjawab semua pertanyaan secara tuntas.
2. Sesuai dengan realitas sebagai fakta yang cocok dengan fitrah manusia dan secara intelektual mampu memuaskan akal.
3. Dipikirkan berdasarkan batas-batas indera kita, dan bukan merupakan hal yang tidak bisa kita pikirkan atau Kita indera.
- Sebuah masalah penting yang menyangkut Iandasan hidup kita dan bagaimana kita menuju ke arah itu tidak bisa diterima tanpa penelitian yang mendalam berdasarkan atas kriteria di atas yang bisa memuaskan akal dan menenteramkan hati kita.