-->

Halaman

    Social Items


 Agar umat manusia bisa terbangkitkan dalam kehidupan ini, berarti sebuah pandangan hidup yang menyeluruh mesti dia adopsi. Semua peradaban yang pernah jaya di muka bumi ini telah mengadopsi ideologi tempat diacunya semua urusan kehidupan dan dipecahkannya setiap masalah.
Kini umat manusia berada dalam keadaan yang tidak berbeda. Kita mesti memikirkan situasi kita secara mendalam dan tidak boleh menerima pandangan hidup manapun secara membabi buta. Kenyataannya adalah bahwa dua macam ideologi yang mendominasi dunia akhir-akhir ini, KapitaIisme dan Komunisme, telah diterima begitu saja tanpa terlebih dahulu memeriksa Iandasan dibangunnya kedua macam ideologi itu.


Apakah manusia abad ke-dua puluh ini sudah mencerna tentang makna Konsep kebebasan dan demokrasi yang sebenarnya? Apakah umat manusia bersifat ‘bebas‘ dalam semua sepak terjangnya? Pastilah ada pengaruh yang mengendalikan, tetapi dimana pengendalian yang diperankan oleh demokrasi sehingga mengangkangi kita? Pengendalian oleh minoritas yang terpilih yang didukung oleh kaum elit yang tak bermuka?
Suatu lingkungan yang semakin memburuk, tindak kriminal yang semakin meningkat, keluarga yang meretak dan membuyar, dan dorongan egois akan keuntungan dan individualisme semuanya merupakan manifestasi dari sistem-sistem buatan manusia. Berbagai sistem sekuler selalu membuka celah bagi tindak pelecehan, dan bahkan kepemimpinan yang tulus tidak bakal diharapkan bisa menuntun umat manusia dengan nengetahuan dan pemahamannya akan Kemaupan yang terbatas.

Bagian dari masalah kita dewasa ini adalah bahwa manusia tidak memikirkan keadaannya, dan beberapa pemikiran yang diajukan untuk memecahkan setiap masalah selalu didasarkan pada pandangan konsensus. Adalah merupakan kesalahan yang mendasar kalau kita mempercayai bahwa pandangan mayoritas atau pandangan keyakinan bersama kelompok bersifat benar sepanjang masa.
Kita melihat bahwa pandangan kebanyakan atau pandangan mayoritas bisa saja tanpa mengandung kebenaran sama sekali.
Di dalam masyarakat dimana dominasi publik yang tidak berakal bisa dilakukan dengan sangat mudah melalui kekuatan seperti media, maka pengendalian atas pandangan konsensus bisa dilakukan didekati secara sempurna. Hasilnya adalah pengrusakan sebagaimana kita saksikan terhadap lingkungan kita. Sudah tiba saatnya manusia untuk kembali meng-gunakan keintelekannya, dan tidak akan berhenti kepada sesuatu yang jauh dari kebenaran.
Setiap pengujian pilihan yang terbuka Iebar bagi umat manusia, tidak boleh meninggalkan akhir dari keyakinan monoteistis, suatu keimanan yang tata aturan perbuatan bagi umat manusianya telah ditetapkan dengan jelas tanpa adanya bias dan ketidakpastian.
Islam seluruhnya didasarkan atas keberadaan satu Pencipta yang telah menciptakan kita semua, kehidupan, dan alam semesta. Bukti tentang adanya sang Pencipta akan berada di depan mata kita, jika dan hanya iika. kita mau meluangkan waktu untuk memikirkann segala sesuatu yang bisa kita indera.
Telah diceritakan oleh Abu Anas dan Abu Dardah bahwa Muhammad saw berkata:

“Sejam berfikir (berkontemplasi, 
bertafakur) berpahala lebih banyak 
daripada meluangkan waktu sepanjang malam untuk sholat. "

Banyak hal yang telah kita ketahui keberadaannya, tetapi kita memahami bahwa tiada sesuatupun yang ada dengan sendirinya, semuanya bersifat terbatas dan berketergantungan. Sesuatu yang terbatas dan berhingga pastilah diciptakan.
Segala sesuatu yang berketergantungan pastilah bergantung kepada scsuatu yang berada di luarnya agar sesuatu itu bisa tetap ada dan bertahan. Naluri kita menceritakan kepada kita bahwa kita berhajad akan memuliakan sesuatu yang tampak Iebih besar daripada diri kita supaya kita memperoleh bimbingan, suatu naluri yang telah dipenuhi oleh manusia di sepanjang catatan sejarah.
Keimanan kepada Tuhan adalah bersifat naluriah dan rasional. Umat manusia menjadi beriman kepada Tuhan karena dia membutuhkan sebuah jawaban bagi pertanyaannya yang paling penting, tentang dari mana dia berasal dan mengapa dia berada di dunia ini, serta mau ke mana sesudah dunia ini. Keyakinan kepada Tuhan yang benar adalah berdasarkan atas intelektual, dengan emosi ikut berperan, tetapi hanya pemikiran intelektual dan fakta yang dibuktikan secara rasional sajalah yang akan menjadikan manusia benar-benar teryakinkan dari pemikiran itu dan kemudian bertindak sesuai dengan pemikiran itu.

HIDUP DAN KEMATIAN

Apabila Al-Qur’an merupakan kalamullah dan mu’jizat yang membuktikan kenabian Muhammad saw, kita mesti memeriksa kitab ini secara teliti dan menentukan keotentikannya tanpa keraguan. Telah dikenal bahwa suku-suku Arab pada jaman Muhammad merupakan penyair dan penulis berbahasa Arab yang termasyhur.

  Di kala itu sudah merupakan hal yang lumrah untuk pergi ke padang pasir dengan tujuan mempelajari kesusasteraaan Arab dan menulis puisi dan prosa dengan tujuan menghibur satu sama lain. Mereka mempergunakan bahasa Arab dengan kelancaran dan kedalaman pengungkapan serta penuh dengan harga diri. Ketika pewahyuan mulai datang pada diri Muhammad saw pada usianya yang Ke-empat puluh, gaya bahasalah yang menentukan wahyu berbeda dari yang lain yang selama itu ada atau bahkan setelah itu.

  Bukti keotentikan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan yang tak terbantah terletak dalam gaya bahasanya. Dari ayat yang pertama: '

“Bacalah dengan (menyebut) nama 
Tuhanmu yang menciptakan, Dia 
telah menciptakan manusia dari 
segumpal darah. Bacalah, dan 
Tuhanmu-lah yang paling pemurah, 
yang mengajar (manusia) dengan 
perantaraan kalam. Dia menga
jarkan kepada manusia apa yang 
tidak diketahuinya. " (QS. 96: 1-5) 

  Sampai dengan ayat yang paling akhir diungkapkan:
DanPeliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada A llah. Kemudian musingmasing diri diberi balasan yang sempuma terhadap apa yang telah  dikerjakannya, sedang mereka 
sedikitpun tidak dianiaya. " (QS. 2: 281)

Al-Qur’ an sepenuhnya telah berada pada ketinggian penuturan, retorika, dan ekspresi yang koheren. Al-Qur’an berlaku sebagai sebuah “karya” yang sempurna dengan gaya yang sama seakan merupakan sebuah kalimat dengan susunan yang sempurna dan teks wajar yang kuat.

  Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh orang-orang Arab di kala itu dan di kala sebelumnya, dan merupakan sesuatu yang  tidak bisa diungkapkan yang  sebelumnya belum pernah dirasakan.
  Salah seorang pujangga Arab yang tidak beriman di masa itu, Walid ibn Al Mughira, setelah mendengar Al-Qur’an dia berkata: ' "Demi Tuhan, tidak satupun di antara kamu yang lebih fasih daripada keahlianku dalam bidang syair, puisi, himne berirama, dan nyanyi-nyanyian, dan demi Tuhan, tak pernah aku mendengar sesuatu yang sama dengan yang dia (Muhammad) katakan. Ungkapan itu sedemikian manis dan indahnya sehingga ungkapan itu (A l-Qur 'an) akan selalu berada di puncak dan tidak akan pernah ada ungkapan Iain yang mampu menandinginya. ” Al-Qur’an berada dalam gaya kesusasteraan yang tidak seorang manusia pun yang mampu mendekati atau menandinginya.
  Gayanya tak bisa ditandingi oleh orang-orang Arab, dan inilah tantangan yang difirmankan Tuhan di dalam Al-Qur’an.

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan AIQur ’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang Iain. ” (QS. 17: 88) 


"Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuatbuatnya. " Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. 10: 38) 

  lnilah tantangan bagi mereka yang ragu. yang tetap tak pernah bisa tertandingi selama lebih dari ,1400 tahun sejak diturunkannya wahyu yang pertama. Tidak seorangpun ilmuwan yang berbahasa Arab maupun orang-orang muslim atau non muslim yang mampu menulis sekalipun berupa sebuah surat atau ayat yang bergaya bahasa Arab yang sekualitas dengan gaya AI-Qur’an.

 
    Orang-orang Arab berpotensi untuk mampu atau tidak mampu untuk meniru gaya AI-Qur’an. Bila ternyata mereka mampu menirunya, berarti kitab itu adalah buatan orang seperti mereka. Bila tidak mampu, maka hanya ada dua kemungkinan sumber lainnya yakni dari Muhammad saw atau dari Tuhan.

AL-QUR'AN MERUPAKAN KALAMULLAH


 Umat manusia selalu terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisik dan nalurinya. Tanpa adanya kriteria yang benar dan salah. manusia pasti akan terombang-ambing.

   Dunia sejarah telah penuh dengan penindasan manusia terhadap manusia lainnya. Kerakusan, keserakahan, pembunuhan, pengangkangan, manipulasi, dan sejenisnya merupakan perwujudan manusia dalam memenuhi naluri mempertahankan diri (gharizalul baqo ')-nya.

Apabila manusia telah tega membunuh manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya, maka sebenarnya manusia membutuhkan akan adanya pengendali terhadap segala tindakannya. Tanpa adanya kriteria tindakan tertentu, aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia yang satu akan bertontangan dengan manusia yang lain. kebebasan manusia yang satu merupakan penindasan bagi manusia yang lain. Tuhan tidak membiarkan manusia berbuat saenaknya, manusia tak akan pemah bisa bebas dalam berbuat dan bertindak menurut selera yang dia rasakan sebagai jalan terbaik. Hal ini sangat konsisten dengan pemahaman kita tentang manusia yang bersifat terbatas, bergantung, dan tidak sempurna.
   Sehingga bila manusia dibebaskan untuk menetapkan caranya sendiri, sistemnya sendiri. maka pasti akan timbul kekeliruan karena adanya keterbatasan pemahaman manusia akan kehidupan ini. Manusia selalu tidak pemah luput dari bias, disparitas, perbedaan, kontradiksi, dan pengaruh dari lingkungannya, manusia hampir tidak pernah mencapai kebenaran mutlak.
   Segala jenis buatan manusia akan selalu mengalami bias, disparitas, perbedaan, kontradiksi, dan pengaruh. Contoh kehidupan para politisi dan perkolusian mereka dengan komunitas bisnis pada era moderen ini bisa dijadikan pcngingat tentang betapa sifat fungsi politik yang mereka katakan adil, bisa mereka lecehkan sendiri.
    Naluri keberagamaan di dalam diri manusia akan menjadi pengingat bagi kita betapa umat manusia bisa terbelokkan dari tujuan hidupnya yang sebenamya. Sejarah telah menunjukkan banyak contoh manusia yang menyembah matahari, bintang, api, patung batu, dan kejadian yang paling mutakhir: menyembah buku. penulis. pemimpin, dan benda-benda yang bersifat materi. Dihadapkan dengan naluri yang kuat akan pensucian,manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini.
Akan tetapi tanpa suatu sistem atau petunjuk yang jelas dalam masalah ini, tindakan penyembahan yang mumi bersifat naluriah atau intuitif akan menjadikan manusia hidup dalam kehidupan yang terombang-ambing. Manusia harus mempergunakan akalnya untuk menetapkan sumber dari bentuk penyembahan /pensucian yang benar. Tidaklah mungkin bagi sesuatu yang terbatas untuk memahami sesuatu yang tidak terbatas. Oleh karena itu, Sang Pencipta telah memberi jalan komunikasi melalui sebuah saluran yang jelas bagi umat manusia.
     Tuhan telah mengutus Nabi dan Rasul (Nabi dengan membawa hukum syara’) kepada umat manusia untuk memberikan petunjuk bagi semua sepak terjang kehidupan manusia. Setiap Nabi telah diberi mu’jizat yang membuktikan keotentikan kenabiannya kepada umat manusia. Sehingga kita mengetahui Musa as telah diberi kekuatan mu’jizat ketika tongkatnya dia lemparkan dan berubah menjadi seoker ular yang menelan ular-ular para ahli sihir. Demikian pula Isa a.s telah diberi kemampuan untuk mengobati orang yang sakit. Mu’jizat yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw adalah berupa Al-Qur’an Kalamullah. Karena hanya para Rasul Allah sajalah yang diberi aturan ilahiyah (hukum syara’) dari Tuhan, maka Muhammad saw pastilah seorang Nabi dan Rasul Allah. Untuk membuktikan hal ini secara komprehensif kita mesti memeriksa Al-Qur’an secara kritis.

KEBUTUHAN MANUSIA AKAN NABI DAN ROSUL



Pertanyaan tentang sifat-sifat Tuhan, dan keberadaan neraka, surga, atau malaikat bisa menyulitkan kita karena kita tidak bisa mengindera semua itu. Padahal keterinderaan merupakan kriteria yang telah disebutkan di atas. Mungkinkah kita membuktikan keberadaan semua itu tanpa dengan melakukan penginderaan? Marilah kita memulai dengan keberadaan Tuhan. Sebagaimana diterang-kan sebelumnya, keberadaan Tuhan bisa dibuktikan dengan memikirkan segala sesuatu yang ada, dan mendeduksikan bahwa semuanya bersifat terbatas dan bergantung kepada yang lain. Jumlahan dari sesuatu yang terbatas dan bergantung kepada yang Iain akan bersifat terbatas dan sesuatu yang terbatas akan memiliki awal dan akhir.

Segala sesuatu yang terbatas pasti diciptakan karena berdasarkan pengamatan realitas kita mengetahui bahwa sesuatu yang bersifat terbatas itu tidak mampu menciptakan dirinya sendiri. Segala sesuatu yang bergantung tidak .bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Oleh karena itu sesuatu itu memerlukan sesuatu yang Iain agar bisa terjaga kelangsungannya; sesuatu tersebut tidak bisa ada dengan sendirinya. Penopang keberlangsungan segala sesuatu berdasarkan pembuktian rasional telah kita kenali. Kita telah menyebutnya sebagai Tuhan atau Alloh.

Bukti ini telah dilakukan melalui pemeriksaan terhadap segala sesuatu yang hm kim indera sehingga memenuhi kriteria batas indera kita. Fakta bahwa Tuhan itu tidak terbatas dan tidak bergantung kepada yang Iain, dan kita tidak bisa mengindera deskripsi atau sifat Tuhan. tidak ada hubungannya dengan pembuktian akan keberadaan Tuhan. Dan meluangkan waktu untuk mencoba mengindera apa-apa yang tidak bisa kita indera merupakan kegiatan yang tidak produktif dan tidak akan mengarahkan kita ke ‘kedamaian pikiran’.

Secara intelektual kita membawa argumen yang meyakinkan tentang keberadaan Tuhan. Kita mesti juga memeriksa apakah hal ini sesuai dengan fitrah manusia.

Manusia memiliki naluri dan kebutuhan jasmani tertentu yg selalu memerlukan pemenuhannya. Kebutunan Jasmani berupa makan dan minum, bila tidak dipenuhi, akan berakibat kematian manusia. Naluri bisa dikelompokkan menjadi tiga macam: naluri mempertahankan diri (gharizatul baqo'), naluri ketertarikan terhadap lawan jenis (gharizatun nau’), dan naluri beragama (gharizatut tadayyun). Dengan jelas kita bisa mengenali perwujudan atau perilaku manusia tertentu yang mencerminkan kebutuhannya untuk memenuhi naluri-naluri ini. Manusia mengumpulkan harta benda atau barang-barang yang indah semacam keinginan untuk memiliki harta kekayaan, keinginan untuk bekerja dan berpenghasilan, bisa menjadi bersifat rakus, dan menabung demi masa depan merupakan usaha untuk memenuhi naluri mempertahankan diri. Demikian pula perasaan kasih sayang, cinta, perkawinan, dan kecendrungan seksual merupakan ungkapan  gharizah nau’ manusia. Ke-inginan untuk melalukan penyembahan, pengkeramatan,pemujaan atau mendekati sesuatu yang memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar merupakan bagian dari perwujudan naluri beragama manusia.

Dalam dunia yang sangat sekuler dan materialistis barangkali banyak orang yang mengingkari adanya naluri beragama dalam diri manusia. Pendapat ini bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Bahkan dalam masyarakat yang paling atheis pun, seperti di bekas negara Rusia Komunis tempat bercokoInya aqidah komunisme yang mengingkari keberadaan Tuhan, kita menemukan adanya patung-patung para tokoh mereka yang terpajang di mana-mana Hal ini tidak lain merupakan perwujudan
untuk memenuhi keinginan manusia dalam mengagungkan sesuatu yang lebih besar daripada dirinya. Dengan demikian manusia telah terbelokkan dari menyembah Sang Pencipta menuju penyembahan terhadap orang semacam Lenin dan Marx.

   Keadaan di dunia Barat pun tiada berbeda. Di sana banyak manusia yang menyembah dan memuja orang-orang terkenal seperti politisi, pelaku bisnis yang herpengaruh, selibriti, raja, atau bahkan para olah ragawan. Situasi penyembahan terhadap manusia semacam itu pada akhimya tidaklah mampu memberikan kepuasan karena semua manusia sama-sama terbatas dan saling bergantungan. Manusia tidak mampu mempengaruhi nasib akhir manusia lainnya. Kita menyaksikan para politisi dan filosof berbuat kesalahan, para pelaku bisnis menderita kebangkrutan, dan tidak ada olahragawan yang mampu mengubah nasibnya.

    Bila manusia ingin memenuhi naluri beragamanya,dia harus mengagungkan sesuatu yang berkuasa atas dirinya, sesuatu yang merupakan tujuan akhir kembalinya semua manusia. Dengan menyembah dan mensucikan hubungan dengan Tuhan berarti manusia telah memiliki tujuan tertentu dalam kehidupan ini, berarti pula dia telah mengakui segala keterbatasan yang dia miliki, dan dia mencari petunjuk tentang segala persoalan hidup ini hanya dari samba satu-satunya yang berpengetahuan dan berpmahaman mutlak atas dirinya.
  Hanya dengan menyembah Sang Pencipta yang berpengetahuan dan berkekuasaan mutlak sajalah yang bisa merupakan bentuk penyembahan yang benar-benar memuaskan. penyembahan yang cocok sepenuhnya dengan naluri beragama manusia. Menyembah atau mengagungkan orang atau benda-benda lain semacam uang, secara intelektual bersifat lemah dan tiada pernah akan mampu memuaskan naluri kita. Sementara itu manusia barangkali meyakini keberadaan Tuhan dengan menggunakan emosi perasaan naluriahnya. Akan tetapi hal ini tidak bisa diandalkan dan berbahaya, karena cmosi itu bersifat berubah-ubah dan bisa menambah-nambah kesalahan terhadap keyakinan dan tindakan seseorang.

    Dalam sejarah kita telah menyaksikan bermacam-macam contoh manusia yang terombang-ambing dalam mempercayai fantasi atau perdukunan, atau mensifati Tuhan dengan sifat-sifat manusia. membahas masalah anak Tuhan, reinkarnasi Tuhan dan seterusnya. yang semuanya bersifat sesat dan dengan mudah bisa mengakibatkan goyahnya keyakinan. Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim unluk meyakini eksistensi Tuhan bukan hanya melalui perasaan emosi naluriah, tetapi juga dengan menggunakan akal. Orang yang beriman harus meyakini keberadaan Tuhan secara intelektual atau bila tidak demikian, perasaan emosi akan keimanan bisa berubah dengan mudah. Konsep yang diyakini oleh seseorang tidak akan mungkin berubah bila tidak ada argumen pembantah yang lebih kuat, sehingga penggunaan akal diperlukan agar pemahaman dan keyakinan bisa mengakar dengan kuat tanpa tergoyahkan. Perhatikan

 إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٍ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ


Firman Allah: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal. " (QS.Ali lmran: 190) 

Al-Qur’an telah memuat ratusan ayat yang mengarahkan manusia untuk memeriksa dan memikirkan alam semesta dan penciptaan secara mendalam, untuk memeriksa kesalingterkaitannya dan sifat-sifat yang mengarahkan seseorang untuk meyakini keberadaan Sang Pencipta dengan menggunakan akal dan pikiran. Perhatikan lagi
Firman Allah:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Sesungguhnya dalam penciptaan 

langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di Iaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. " (QS. Al Baqarah:164)


Keberadaan Tuhan telah kita buktikan dengan menggunakan argumen intelektual dan naluriah serta dengan memanfaatkan bukti yang berada dalam jangkauan indera kita. Dari posisi ini, kita perlu menanyakan bagian aqidah selanjutnya dan membuktikan kebenaran ayat-ayatnya. Kita mulai dengan memeriksa pertanyaan tentang petunjuk ilahiyah. Apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita, mekanisme apa yang diperlukan manusia untuk menyelesaikan segala permasalahannya?. 

APAKAH ISLAM SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BERSIFAT LENGKAP DAN BENAR?

Ketika kita merenungkan keberadaan sang Pencipta, kita menyimpulkan bahwa hanya ada salah satu dari tiga alternatif: Pertama, Dia diciptakan oleh sesuatu yang lain.
Kedua,Dia pencipta dan diciptakan pada saat yang sama.
Ketiga,Dia bersifat kekal,dengan sendirinya. diciptakan berarti bahwa dia itu terbatas dan oleh karena itu merupakan bagian dari penciptaan, dan maka dia bukanlah Pencipta yang tertinggi.

Adalah pemahaman yang kacau bahwa sesuatu itu bisa menciptakan dirinya sendiri dan ada pada waktu yang sama. Oleh karena itu Pencipta haruslah kekal dan tidak bergantung pada yang lain dalam waktu atau tempat manapun.

Sifat kekekalan atau ketakterhinggaan ini tidak bisa sepenuhnya kita indera, manusia adalah terbatas dan tidak bisa mengindera segala sesuatu. Ketika kita mendengar suara ketukan pintu, kita mempunyai perasaan yang kuat bahwa ada orang di balik pintu itu, tetapi kita tidak tahu siapa dia, kita hanya bisa berspekulasi.
 Berspekulasi tentang hakekat atau keterangan tentang Pencipta adalah tidak perlu, dan hanya merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak produktif. Kita lebih berhajad untuk membuktikan keberadaan Pencipta daripada berspekulasi tentang penjelasan rinci mengenai Pencipta yang berada di luar kemampuan kita.

Keinginan untuk memahami sesuatu secara lebih mendalam merupakan hal yang wajar. Untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang sesuatu yang tak terhingga dan mandiri secara total mengharuskan kita supaya hanya mencari data yang teruji dari Pencipta itu. Berspekulasi tentang Pencipta hanya akan menimbulkan penderitaan dan kesalahan karena sesuatu yang tak diketahui tak bisa disimpulkan dengan akal kita yang terbatas.
  Setelah kehidupan ini nantinya akan ada hari akhir dan hari perhitungan atau pembalasan yang di kala itu nanti manusia alum kembali kehadirat sang Pencipta, Ialu dlikuti dengan keberadaan yang abadi di surga atau neraka.

Islam telah menjadikan penerimaan pandangan ini secara intelektual sebagai prasyarat untuk memasuki agama. Oleh karena itu secara intelektual kita harus menguji masalah ini secara teliti supaya bisa menganalisisnya, dan memutuskan kebenaran atau kekeliruannya.

Sebelum kita membahas lebih Ianjut, kita selesaikan terlebih dahulu Iandasan lslam atau aqidah tempat acuan bagi semua masalah dan aneka pertanyaan yang Iebih Ianjut dalam kehidupan ini.

Akidah Islam menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang menciptakan manusia,Malaikat dan Jin, Muhammad Saw adalah utusan Tuhan sebagai Nabi yang terakhir untuk membimbing umat manusia, kitab AI Qur’an adalah kalam Tuhan yang dikirimkan sebagai petunjuk bagi semua umat manusia. Selanjutnya setelah kehidupan ini manusia akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya ketika hidup di dunia sehingga mereka akan memasuki surga atau neraka.

Orang Islam (yang mematuhi keinginan Tuhan) secara intelektual harus meyakini hal-hal di atas sebagai fakta yang tidak bisa ditolak. Bila sudah demikian, maka dia akan mengarahkan semua tindakannya dan semua masalah besar dan kecil menuju ke Iandasan atau aqidah ini sebagai pangkal acuan. Isiam sebagai pandangan hidup yang lengkap (dalam bahasa Arab:dien) memiliki landasan ini sebagaimana diturunkan oIeh Tuhan, dan semua sistem kehidupan akan terpancar dan terarahkan dari Iandasan dasar ini.

Perlu diingat kembali akan aturan dasar yang perlu kita terapkan terhadap penilaian tentang aqidah ini atau penyelesaian meyeluruh atau aqidah yang lain. Yakni kita harus mengingat bahwa penyelesaian itu harus:

 1. Bersifat menyeluruh (komprehensif) dan mampu menjawab semua pertanyaan secara tuntas.

2. Sesuai dengan realitas sebagai fakta yang cocok dengan fitrah manusia dan secara intelektual mampu memuaskan akal.

3. Dipikirkan berdasarkan batas-batas indera kita, dan bukan merupakan hal yang tidak bisa kita pikirkan atau Kita indera.


  •   Sebuah masalah penting yang menyangkut Iandasan hidup kita dan bagaimana kita menuju ke arah itu tidak bisa diterima tanpa penelitian yang mendalam berdasarkan atas kriteria di atas yang bisa memuaskan akal dan menenteramkan hati kita.

SIFAT-SIFAT PENCIPTA


  Untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, kehidupan dan alam semesta ini, mari kita mulai dengan mengamati segala sesuatu yang kita ketahui secara pasti tentang ketiga hal tersebut di atas. Semua informasi awal yang kita miliki tentang ketiga persoalan di atas, mengungkapkan kepada kita bahwa ketiganya mempunyai
kesamaan dan aturan tertentu yang tidak berubah.
manusia, kehidupan, dan alam semesta  bersifat terbatas, bahkan semua hal yang bisa kita indera adalah terbatas. Yang kita maksudkan terbatas adalah bahwa semua itu mempunyai titik permulaan dan akhir, dan tidaktakterbatas. Kita bisa melihat bahwa manusia dilahirkan dan meninggal, dan manusia tidak bisa tumbuh di luar ukuran tertentu. baik tinggi maupun beratnya.
  Semua kehidupan juga terbatas. Bumi, bulan, dan bintang-bintang mempunyai titik permulaan dan akhir. Usia bintang atau galaksi mungkin bisa sangat lama, tetapi secara pasti semua itu bersifat terbatas, yakni mempunyai permulaan dan akhir. Alam semesta merupakan tempat yang sangat luas tetapi ia merupakan tempat yang terbatas, dan tidak tak terbatas.
 seorang pun ilmuwan yang mampu membuktikan secara pasti bahwa alam semesta itu tidak terbatas. Maka apabila orang mengatakan bahwa alam ini tak terbatas. berarti ia telah melangkah di luar batas analisis rasionalnya. Pemikiran yang demikian mengharuskan kita untuk menantang diri kita sendiri untuk menemukan satu contoh dalam dunia indera kita tentang perkara yang tak terbatas itu. Sepayah apapun kita mencari, kita tak bakal mampu menemukannya. Semua perkara yang bisa kita indera adalah bersifat terbatas, terhingga.
  Sifat manusia, kehidupan, dan alamsemesta yang ke dua adalah bahwa semuanya berbutuh dan bergantung. Berbutuh yakni agar ada, semuanya harus mendapatkan bantuan dari sesuatu yang lain, mereka tidak bisa berdiri sendiri. Manusia membutuhkan makanan dan air untuk mempertahankan hidup. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. mereka bargantung pada siklus air yang bergantung pada matahari. Matahari bergantung pada interaksi dengan galaksi dan massa yang terbakar. Tak satupun perkara yang bisa kita indera mampu mempertahankan dirinya tanpa bergantung dengan yang lain. Tak ada satupun hal yang terindera yang mandiri. Maka benda boleh ada, tetapi dia tak kuasa mengadakan dirinya sendiri.
  Fakta yang berhubungan erat dengan sifat keterbatasan, ketergantungan dan keberbutuhan ini adalah bahwa pada puncaknya harus ada satu Pencipta atau yang mengawali semua ini. Hasil penggabungan dari semua benda yang terbatas dan bergantung adalah berupa sesuatu yang terbatas dan bergantung pula. Bergantung pada apa? Bergantung pada sesuatu yang diperlukan untuk mengawali dan menjaga kelangsungan hidupnya, dan sesuatu yang merencanakan dan mengembangkan saling keterkaitan yang kompleks diantara semua benda hidup.
  Kita melihat benda-benda yang ada tanpa kesulitan atau pertanyaan, tetapi tidak ada benda yang ada dengan sendirinya secara mandiri dan mempunyai kontrol penuh terhadap keterwujudannya, atau mampu melanggengkan keberadaannya sendiri. Hanya bisa ada satu pemecahan terhadap pertanyaan tentang penciptaan, bahwa Pencipta yang tidak terbatas adalah penyebab dari semua yang kita lihat dan indera.

  Sesuatu yang terbatas mesti diciptakan. jika tidak, maka dia tidak akan ada. Semua benda yang terbatas bergantung pada sesuatu untuk menjaga kelangsungan keberadaannya. Kesimpulan ini tidak bisa diragukan lagi. tantanglah diri anda untuk mendatangkan sembarang contoh, segala sesuatu yang terbatas dan bergantung pastilah diciptakan.
   Cara kedua dalam melihat argumen ini menunjukkan bahwa jika penginderaan kita terbatas dan bergantung, kita hanya bisa menjelaskan dengan dua jalan semua yang kita indera keberadaannya bergantung kepada sesuatu yang Iain, yang selanjutnya bergantung pada sesuatu yang lain Iagi dan seterusnya sampai tak terhingga. atau semua yang kita indera keberadaannya bergantung kepada sesuatu yang lain yang ada dengan sendirinya dan kekal (azali). tidak terbatas.

Alternatif pertama bersifat salah karma alternatif itu tidak mampu menjelaskan tentang bagaimana segala sesuatu ini ada pada awalnya. dia tak bisa memberi alasan. Alternatif ini tidak memberikan alasan mengapa sesuatu yang berhingga dan terbatas itu ada. atau dari mana adanya. maka hal ini tidak masuk akal, tidak komplit dan tanpa menghasilkan sebuah jawaban bagi kita. Oleh karena itu kita menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang terbatas dan bergantung, pasti tergantung kepada sesuatu yang ada dengan sendirinya. Argumen ini muncul jika kita menghendaki adanya sebuah penjelasan atau pemahaman tentang Pencipta.

SATU TITIK TOLAK PEMIKIRAN

solusi terhadap pertanyaan mendasar


   solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar, namun juga harus memiliki sebuah titik acuan dan satu gambaran utuh agar bisa memecahkan sem ua masalah yang dihadapi. Singkatnya, manusia membutuhkan suatu ideologi atau pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan, yang dapat diyakini dan dipakai sebagai pengatur dalam segala sepak terjang kehidupannya.

Ada banyak jawaban tersedia untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang siapa kita, mengapa kita ada, serta bagaimana mengaitkan kehidupan sekarang dengan kehidupan sebelumnya, dan kehidupan di masa datang. Dalam hal ini tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana menggunakan akal semaksimal mungkin untuk menemukan solusi yang benar, artinya suatu solusi yang mencakup semua situasi dan bisa dibuktikan sertadipertanggungjawabkan kebenarannya terhadap realitas, dan rasio.

Dengan mengadopsi pemikiran dan pandangan hidup yang menyeluruh, maka manusia secara individual maupun kolektif akan mendapat ketenangan pikiran, Iandasan yang kokoh dan kuat, untuk bangkit dengan kebangkitan yang benar. Masyarakat membutuhkan sebuah pandangan hidup sebagai acuan bagi semua masalah dan penyelesaiannya. Adalah tidak benar membiarkan hidup berlalu tanpa berkontemplasi atau berpikir dan menentukan landasan sebagai pondasi untuk mengatur dan membangun kehidupan.

SOLUSI TERHADAP PERTANYAAN MENDASAR

Menjawab Pertanyaan Terbesar


Sebuah jawaban yang menyeluruh terhadap pertanyaan tentang manusia, kehidupan, dan alam semesta serta kesalingterkaitannya melalui pemikiran yang cemerlang, akan memberikan pemecahan bagi semua masalah. Masalah mendasar ini akan beraksi sebagai satu dasar atau titik acuan bagi beraneka macam persoalan parsial yang berkaitan dengan masalah utama atau hasil dari masalah utama.

Bersenjatakan dengan satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar ini. umat manusia ---individu dan Kolektif akan berada dalam posisi yang siap bangkit, terbebaskan dari kekhawatiran yang berkepanjangan akan pencarian suatu titik acuan yang benar bagi beraneka ragam persoalan mereka.

Kita sedang mencari dasar atau landasan ideologi (pandangan hidup) bagi kehidupan kita. Pemecahan yang mendasar atau menyeluruh ini harus sesuai dengan kenyataan dan secara kategoris terbukti benar.

   jika tidak, maka berbagai pemecahan yang keluar dari dasar ini akan menjadi salah semua. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita mesti menetapkan beberapa aturan dasar:

 1.Pemecahan harus bersifat menyeluruh. Kita mesti mempunyai pemecahan terhadap keseluruhan pertanvaan tentang manusia, kehidupan dan alam semesta. Tanpa ini, berbagai pertanyaan atau masalah yang muncul dari kehidupan akan Ietap tak terjawab.

2. Pemecahan harus sesuai dengan fakta dan merupakan fakta yang bisa teruji. Untuk memenuhi ini, jawaban hams sesuai dengan furah manusia dan memuaskan akal.

3. Untuk memecahkan pertanyaan secara rasional. kita harus membatasi diri kita ke segala sesuatu yang bisa kita pahami dan indera. Secara rasional kita tidak bisa menganalisis perkara yang hipotetis atau di luar kapasitas kiln untuk memahaminya.

Dengan kriteria ini. kita bisa melanjutkan untuk menantang diri kita dengan pertanyaan yang paling penting inilah satu tantangan untuk memecahkannya dengan kepastian seratus persen, atau bila tidak, kita akan tetap, berada dalam kegelapan dan keraguan yang membawa kekhawatiran dan ketidak-efisienan hidup.

MENJAWAB PERTANYAAN TERBESAR

    Darimana saya berasal, untuk apa saya ada, dan mau kemana saya pergi? merupakan pertanyaan yang keluar dari mulut setiap anak pada fase perkembangan tertentu. Apa kaitan antara kehidupan ini dengan sebelum kehidupan, dan ada apa sesudah kehidupan ini? Semua ini merupakan pertanyaan-pertanyaan mendasar dan alamiah yang ingin dijawab manusia, dan manusia memang membutuhkan jawaban. untuk dijadikan dasar pijakan bagi semua tindakannya. Tanpa sebuah jawaban, kita akan terhanyut dalam pandangan kehidupan yang sempit, yakni hanya melihat apa yang ada sekarang tanpa memperhatikan masa Ialu dan masa yang akan datang.

   Pandangan hidup yang demikian dapat dianalogikan dengan seseorang yang melamar pekerjaan tanpa menanyakan tentang sejarah perusahaan, untuk siapa dia akan bekerja, mengapa karyawan sebeIumnya keluar dari pekerjaan yang akan dia masuki, apa pekerjaannya, bagaimana kemungkinan perkembangan pekerjaannya, bagaimana prospek promosi, dan sebagainya. Sederhananya, melamar pekerjaan tanpa merujuk ke masa lalu dan masa mendatang serta bagaimana kesalingterkaitannya termasuk jenis berpikir dangkal dan naif.

   Bila seseorang yang sedang pingsan kemudian terbangun di sebuah ruangan yang gelap, secara wajar dia akan bertanya: siapa yang membawa saya ke sini? mengapa saya berada di sini? dan apa yang akan terjadi selanjutnya (atau ada apa di luar mangan ini?).

   Demikian pula pertanyaan tentang apa yang akan terjadi sesudah mati, akan membangkitkan perasaan yang menakutkan bagi kebanyakan manusia, apabila mereka tidak memiliki sebuah jawaban yang meyakinkan.

  Jika kita menganggap keberadaan kita sebelum lahir sebagai sesuatu yang tidak diketahui, orang mungkin berkata bahwa hal ini tak ada urusannya dengan kita. tetapi hal ini menyebabkan kita menjadi kembali ke suatu keadaan ketidakpastian tentang masalah sesudah mati.

  Pokok permasalahan yang sebenarnya adalah bahwa kita menginginkan dan membutuhkan jawaban, dan kita menghendaki jawaban dengan kejelasan dan kepastian yang mutlak.

PERTANYAAN KEHIDUPAN MANUSIA

  Sebagaimana pentingnya berpikir, cara seseorang dalam memulai untuk berpikir juga berpengaruh terhadap tingkah laku dan mutu pemecahan masalahnya.

Umat manusia secara fitrah mempunyai naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyah) tertentu dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut. Orang akan mati bila kebutuhan jasmani; makan dan minum tidak dipenuhi. Tidak dipenuhinya naluri untuk mempertahankan diri atau melangsungkan keturunan akan menimbulkan kegelisahan.

Binatang juga mempunyai naluri dan kebutuhan jasmani, tetapi yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk berpikir. Manusia mengalami kemajuan aan Kebangkitan. Manusia memenuhi kebutuhannya setelah melalui aktivitas berpikir.

Sebagai contoh; sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa di dalam masyarakat ada aturan. Kita tahu bahwa mencuri bukan suatu alasan naluriah untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Demikian pula dorongan seksual tidak bisa dipenuhi sekehendak hati kita sendiri.

Ada bermacam-macam cara manusia berpikir. Bcrpikir bisa dilakukan secara dangkal, mendalam, atau cemerlang. Orang yang berpikir dangkal cenderung untuk memutuskan perkara berdasarkan pada penglihatan sekilas dan mengambil keputusan tanpa disertai dengan pemahaman. Sebaliknya orang yang berpikir mendalam akan menguji fakta secara mendetail. Begitu perkaranya dipahami, setelah itu barulah diambil suatu keputusan.

Dengan pemikiran yang cemerlang tidak hanya memahami fakta, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan fakta. Setelah semuanya dipahami, barulah perkara diputuskan. Orang yang Iangsung membeli meja yang indah dan menarik seleranya adalah orang yang berpikir dangkal. Sedangkan orang yang mencermati terlebih dahulu jenis kayu, pernis, dan konstruksinya, bisa dikatakan berpikir mendalam. Orang yang mempertimbangkan semua hal di atas serta kegunaan meja baginya, ukuran ruangan yang akan dir tempati dan kondisi keuangannya, dikatakan memiliki pemikiran cemerlang.

Manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya dengan menggunakan salah Satu dari ketiga jenis pemikiran tersebut di atas. Akan tetapi nanya dengan pemlkiran cemerlang, yang mengikut-sertakan pertimbangan fakta, informasi awal, dan semua hal lain yang terkait, yang akan meraih sukses di masa depan.

Pandangan yang menyatakan bahwa setiap manusia telah mempunyai semua jawaban dan bisa menentukan apa saja bagi dirinya sendiri, merupakan pandangan yang dangkal. Pandangan ini tidak melihat keterbatasan yang ada pada manusia. Dengan kata lain, tidak mempertimbangkan semua aspek yang ada dalam lingkungan manusia, baik itu yang berkaitan dengan masa lalu dan masa yang akan datang.

Demikian pula, yang melihat secara mendalam dan mengkategorikan manusia hanya berupa daging dan tulang, serta meneliti bagaimana lingkungan atau alam telah berubah, tidaklah mengungkap awal mula manusia dan keterkaitannya deng. kehidupan ini. Hanya pemikiran cemerlang yang bisa memberikan jawaban menyeluruh terhadap semua pertanyaan yang ajukan.

PENTINGNYA PEMIKIRAN YANG CEMERLANG

Subscribe Our Newsletter