-->

Halaman

    Social Items

Fenomena Pergeseran Moral akibat kurangnya ilmu agama,punya ilmu agama namun salah memilih guru,ini lah potret indonesiaku😢

Islam agama yang sempurna bahkan adab buang hajad masuk kekamar mandi pun diajarkan sungguh ironis ketika kita melihat sebagian oknum oknum bodoh pecinta sosialita tak punya adab dilokasi pekuburan.
Apa lagi dikuburan Bapak B.J Habibie yg belum kering tanah kuburnya.

Apa sih yg anda cari ?
PAMER ATAU MEMANG ANDA PUNYA GEJALA PENYAKIT ?
yakni penyakit ingin dipuji?

Riya' atau dalam istilah yang lebih sederhana adalah beribadah karena ingin dipuji orang. Inilah penyakit yang menimpa orang-orang beriman. Penyakit yang sangat berbahaya bagi orang-orang yang beriman, bahkan lebih berbahaya dari Dajjal.

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”.
[HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30]

FENOMENA PERGESERAN MORAL AKIBAT KURANG NYA ILMU AGAMA


Assalamulaikum sahabat dimana pun kalian berada ketahui Ada 4 GOLONGAN didunia ini yang PASTI akan mendapatkan “sholawat” (RAHMAT) dari Allah SWT, yakni sebagai berikut :

1.Yang pertama,Pastilah PARA NABI (ROSULULLAH)?

2.Orang Mu'min yang Bersholawat kepada Rosulullah.

Orang-orang mukmin yang bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW akan mendapatkan “Sholawat” dari Allah & Para MalaikatNya sebanyak 10x lipat dari yang ia sholawatkan untuk Nabi. Misalnya, bila ia bersholawat sebanyak 1x maka Allah akan bersholawat untuknya sebanyak 10x begitu juga Para MalaikatNya. Bila ia bersholawat sebanyak 10x maka Allah dan Para MalaikatNya akan bersholawat untuknya sebanyak 100x serta ia akan mendapat “RAHMAT” sebanyak 100x pula dari Allah SWT.

3.Orang-orang yang SABAR.

Orang-orang yang SABAR akan selalu didampingi oleh Allah SWT di manapun mereka berada (“Innallaha Ma’ash Shoobiriin” = “Allah bersama orang-orang yang sabar”). Disamping itu juga yang paling dijanjikan oleh Allah SWT bagi orang-orang yang sabar adalah: “Salamun ‘Alaikum Bima Shobartum”. Allah memberi keselamatan kepada orang-orang yang Sabar tersebut dengan mengucapkan: “Selamat bagimu wahai Orang-orang yang Sabar”.

Orang-orang Non-muslim banyak yang mengatakan bahwa: SABAR itu MENYAKITKAN, sehingga ada sebuah PEMEO terkenal diantara mereka yaitu : “SABAR is PAINS”.

Macam-macam SABAR yang SANGAT dianjurkan oleh Rosulullah kepada Orang-orang yang Beriman :

-SABAR dalam Ibadah (Ash-Shobru fil ‘Ibadah).

-SABAR ketika Tertimpah Musibah (Ash-Shobru ‘indal Mushibah).

-SABAR terhadap Kehidupan Dunia (Ash-Shobru ‘anid Dunya).

-SABAR untuk Tidak Melakukan Maksiat (Ash-Shobru ‘anil Ma’shiyah).

-SABAR dalam Perjuangan/Perang (Ash-Shobru fil Jihad).

4. Orang-orang yang Ber-DZIKIR kepada Allah SWT.

Dzikir kepada Allah itu lebih baik daripada menginfakan emas, perak dan berperang di jalan Allah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi di dalam Haditsnya:"Maukah aku beritahukan kepada kalian amalan yang paling baik dan paling suci di mata Raja (=Allah) kalian, dan lebih baik daripada menginfakkan emas dan perak serta lebih baik daripada berperang di Jalan Allah ?" Yaitu : Dzikir kepada Allah SWT".

Allah ber Firman di dalam Surat Al-Ahzab 41-42 : "Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan Dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya setiap pagi dan petang".

Dan juga Allah ber-Firman : “…Ketahuilah, hanya dengan mengingat kepada Allah (Dzikir) sajalah maka Hatimu akan menjadi Tenang/Damai.


SEKIAN DULU ARTIKEL YANG DAPAT SAYA BAGIKAN KURANG LEBIH NYA SAYA MOHON MAAF.
 DAN MUDAH-MUDAHAN KITA TERMASUK DALAM 4 GOLONGAN TERSEBUT.AMIN YAA ALLOH.

JANGAN LUPA BAGIKAN JUGA ARTIKEL KEPADA KERABAT SAUDARA KITA.

4 GOLONGAN DIDUNIA YANG AKAN PASTI MENDAPAT SHOLAWAT(RAHMAT) DARI ALLAH SWT


Assalamulaiakum sahabat semua dimana pun berada kali ini saya ingin membagikan artikel yang mungkin banyak yang belum tahu arti dan manfaat membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum'at.

Oke...mari membaca artikel ini sampai selesai.

“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jumat,” (HR Hakim 3349).

Muaz Ibnu Anas Al-Juhari, Nabi SAW bersabda: “Siapa yang membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya dan siapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi,” (HR Ahmad).

Rasulullah SAW Bersabda: “Barang siapa membaca Surah Al Kahfi pada hari Jum’at, maka Dajjal tidak bisa memudharatkannya,” (HR-Dailami).Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan untuk membaca awal-awal surat Al Kahfi agar terlindung dari fitnah Dajjal. Dalam riwayat lain disebutkan akhir-akhir surat Al Kahfi yang dibaca. Intinya, surat Al Kahfi yang dibaca bisa awal atau akhir surat. Dan yang lebih sempurna adalah menghafal seluruh ayat dari surat tersebut.

Dari Abu Darda’, Nabi saw bersabda: “Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal,” (HR. Muslim).

Imam Nawawi ra berkata, “(Kenapa yang dianjurkan untuk dibaca adalah surat Al Kahfi?) Karena di awal surat tersebut terdapat ayat-ayat yang menakjubkan. Siapa yang mau merenungkannya, niscaya ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal. Sebagaimana pula dalam akhir-akhir ayat surat tersebut, Allah berfirman, “Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil (hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?),” (QS. Al Kahfi: 102)” (Syarh Shahih Muslim, 6: 93).

Dan di antara waktu yang terbaik untuk membaca surat Al Kahfi adalah di hari Jum’at.

Sekian dulu ya sahabat muslim...semoga apa yang saya bagikan ini bermanfaat bagi sahabat semua.terima kasih.
 

PAHALA DAN MANFAAT MEMBACA SURAH AL-KAHFI PADA HARI JUM'AT

   TAJ MAHAL sudah terkenal sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO.


Ternyata, Ada Dua Taj Mahal di India Lho!

 
Apakah Anda tahu jika selama ini India tidak hanya memiliki satu Taj Mahal saja melainkan ada dua? Nah, kalian penasaran kan jika di negara itu sebenarnya punya kembaran Taj Mahal yang belum banyak diketahui orang termasuk mungkin para traveler sekalipun.
Memang ada sebuah monumen yang identik dengan Taj Mahal. Monumen ini berdiri tegak di Aurangabad, Maharashtra. Jika dilihat bangunan ini memang sangat mirip dengan Taj Mahal yang ada di Agra, mulai dari bentuk, arsitektur dan taman-taman yang menghiasinya pun dibuat serupa dengan Taj buatan Kaisar Shah Jahan. Yang jadi pertanyaan, siapa yang membangun ini? dan untuk apa membangun replika Taj Mahal? Berikut ulasannya.

1. Kembaran Taj Mahal Ini Bernama Bibi Ka Maqbara

Bibi Ka Maqbara, Kembaran Taj Mahal
Namanya kembaran pasti memiliki bentuk yang sama, namun tidak hanya sampai di situ. Si kembaran Taj Mahal yang bernama Bibi Ka Maqbara ini juga memiliki fungsi yang sama lho, yaitu sebagai makam. Bibi Ka Maqbara sendiri berarti “Makam Seorang Permaisuri”.

Ide dibalik pembangunan monumen ini adalah seorang keturunan Kaisar Shah Jahan. Ia bernama Pangeran Azam Shah yang juga putra keenam Kaisar Mughal, Aurangzeb yang berkuasa antara tahun 1651 hingga 1661 masehi. Monumen ini dibangun sebagai penghormatan atas meninggalnya sang ibu bernama Dilras Banu Begum.

2. Bibi Ka Maqbara Dibangun Untuk Menyaingi Taj Mahal
Bibi Ka Maqbara dibangun karena terinspirasi dari arsitektur Taj Mahal yang tersohor dari Agra, yang tidak lain adalah hasil karya kakeknya Pangeran Azam Shah, yaitu Kaisar Mughal Shah Jahan yang bertujuan untuk mengenang isterinya, Mumtaz Mahal yang meninggal dalam proses persalinan.

Awalnya Azam Shah membangun monumen ini dengan maksud untuk menyaingi Taj Mahal. Namun ia tidak memiliki sumberdaya yang memadai seperti kakeknya, meskipun ia telah mempekerjakan orang-orang yang terampil namun hasilnya tetap tak sebanding dengan kemegahan Taj.

Meski begitu Bibi Ka Maqbara tetap menjadi keajaiban arsitektur yang rumit khas arsitektur Mughal. Karena kemiripannya yang kuat pulalah monumen ini disebut “Taj Deccan”.

3. Biaya Pembangunan Bibi Ka Maqbara Lebih Murah
Terlihat sepintas jika Bibi Ka Maqbara adalah sebuah karya yang indah namun tetap kalah jika dibandingkan dengan pendahulunya. Hal ini bisa dilihat dari material penyusun bangunannya, monumen di Agra terbuat terbuat dari marmer putih di seluruh bagian bangunannya namun tidak dengan musoleum yang satu ini.

Hanya Kubah Bibi Ka Maqbara saja yang sepenuhnya dari marmer.Marmer hanya membungkus sebagian bangunan saja selebihnya hanya disusun atas batu bata biasa yang dilapisi gips putih dan dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan finishing seperti marmer. Hanya kubahnya saja yang dibuat seluruhnya dari marmer. Dengan material yang berbeda tentu berpengaruh terhadap hasil, lihat saja dinding Bibi Ka Maqbara lebih kusam dibanding Taj.

Biaya pembangunan monumen ini hanya 700.000 rupee saja bandingkan dengan Taj Mahal yang menghabiskan biaya 32 juta rupee. Itulah alasannya kenapa Bibi Ka Maqbara sering disebut sebagai “Taj Mahalnya orang miskin”.

4. Pembangunan Bibi Ka Maqbara Tidak Mendapat Restu Dari Sang Ayah, Aurangzeb.
Status kecilnya Bibi Ka Maqbara adalah konsekuensi dari kurangnya minat sang ayah, Aurangzeb terhadap arsitektur yang akan dibuat anaknya, Pangeran Alam Shah. Awalnya ia malah tidak mendukung pembangunan monumen ini jika tujuannya untuk menyaingi kemewahan Taj Mahal.

Untuk mencegah anaknya membangun monumen mewah maka ia menghalangi pengiriman marmer dari Rajasthan dan dari daerah lain masuk ke wilayah kerajaannya. Namun karena tekad yang kuat dari sang anak untuk membangun monumen yang akan dipersembahkan pada ibunya maka akhirnya ia berhasil membujuk ayahnya untuk mengalah.

5. Legenda Bibi Ka Maqbara Yang Pernah Membuat Raja Hyderabad Kesengsem
Ada legenda yang sangat tidak lazim, dimana biasanya raja-raja menginginkan sebuah bangunan yang istimewa namun ia tidak melirik Taj Mahal melainkan tergoda dengan keindahan kembarannya ini. Pada tahun 1803, Nizam Sikander Jahan seorang penguasa Hyderabad terpikat oleh Maqbara.

Ia memerintahkan untuk memindahkan Maqbara ke ibukotanya di Hyderabad. Dia bahkan sudah memerintahkan untuk melakukan pembongkaran struktur bangunan. Namun entah mengapa ia mendapat firasat akan ada bencana yang menimpanya sehingga ia menghentikan pekerjaan itu. Hingga akhirnya sebagai penebusan dosa ia menggantinya dengan membangun masjid di sebelah barat monumen ini.

Itulah sepenggal kisah kembaran Taj Mahal yang ada di India. Jika traveler jalan-jalan ke Taj Mahal ada baiknya juga untuk mengunjungi saudara kembarnya ini.

KEMBARAN MASJID TAJ MAHAL YANG UNIK

Kisah Qarun dan Hartanya menurut Al-Qur'an


Qarun adalah umat Nabi Musa as, sekaligus putra dari paman Beliau (sepupu), dia juga adalah keturunan Nabi Ibrahim as dengan nama lengkap Qarun bin Yash'har bin Qahist bin Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim.

Qarun dianugerahi oleh Allah SWT dengan banyak kelebihan dibandingkan dengan orang-orang di masanya. Dan di antara kelebihan Qarun adalah kecerdasan dan telah hafal Kitab Taurat di luar kepala. Tak hanya cerdas, tetapi Qarun juga sangat pandai mengais rizki.

Qarun memiliki harta yang sangat berlimpah yang disimpan dalam gudang-gudang. Saking banyaknya harta, beberapa ulama’ berpendapat bahwa butuh 60 keledai untuk bisa mengangkut semua kunci dari setiap gudang penyimpanan hartanya, padahal setiap kunci tidak lebih besar dari satu jari manusia.

Namun, kecerdasan dan banyaknya harta kekayaan yang dimiliki Qarun tidak membuatnya turut membantu perjuangan Nabi Musa as. Justru sebaliknya, Qarun malah merasa bakhil, dengki dan durhaka kepada Nabi Musa. Tak segan-segan Qarun pun sering menghasut Nabi Musa as. Bahkan, dia turut membantu Raja Fir'aun untuk mengalahkan Nabi Musa as.

Nah, ketika Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Musa as untuk mengeluarkan zakat atas harta penduduk Bani Israil, yaitu seperempat dari harta mereka, lagi-Iagi Qarun berusaha keras untuk menghasut Nabi Musa dengan mengatakan kepada penduduk Bani Israil "Sesungguhnya Musa hanya ingin mengambil harta kalian".

Tentu saja sebagian dari mereka pun ada yang ikut terpengaruh dengan hasutan itu dan sebagian lain pun masih teguh mengikuti ajaran Nabi Musa. Tak henti-hentinya Qarun pun terus - menerus menghasut dan menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa as.

Pada suatu ketika, Qarun berencana untuk menebarkan fitnah besar yang bisa meruntuhkan Nabi Musa as. Qarun pun menyuruh kepada pengikutnya "Datangkanlah kepadaku seorang wanita pelacur, sehingga dia bisa melemparkan tuduhan kepada Musa atas dirinya".

Beberapa saat kemudian, didatangkanlah seseorang memberikan uang 1000 dinar kepadanya sambil berkata "Katakan di hadapan semua orang bahwa Musa telah menyetubuhiku, sedangkan saat ini aku sedang hamil”. Wanita pelacur itu pun hanyut oleh iming-iming Qarun dan bersedia melaksanakan apa yang dia minta.

Di hari id penduduk Bani Israil (hari perayaan besar Bani Israil), Qarun mengumpulkan penduduk Bani Israil dan juga Nabi Musa beserta kaum Beliau dalam suatu tempat. Dan di hadapan semua orang Qarun berkata kepada Nabi Musa as, "Wahai Musa, berikanlah kami nasehat atas penebusan bagi orang yang melakukan kejahatan".

Nabi Musa as pun menjawab dengan suara yang tidak begitu keras "Barang siapa mencuri, maka kami akan memotong tangannya. Barang siapa menuduh, maka kami akan menjilidnya (memukulinya). Barang siapa berzina muhshan, maka kami akan merajamnya".

Qarun pun menyela pembicaraan Nabi Musa as, "Meskipun jika orang itu adalah kamu, wahai Musa?”. Dan Nabi Musa as pun menjawab dengan tegas, ”Ya, meskipun jika itu aku".

Qarun pun menyela pembicaraan Nabi Musa as kembali, "Wahai Musa, sesungguhnya Bani lsrail menganggap bahwa kamu telah berzina dengan wanita pelacur". Kemudian, Nabi Musa pun menjawab, "Panggilkan dia ke hadapanku”.

Tak lama kemudian, wanita penzina pun didatangkan ke hadapan Nabi Musa as, sedangkan Beliau menyumpah wanita itu, "Demi Dzat yang telah menciptakanmu, menciptakan lautan dan menurunkan Kitab Taurat, katakan dengan sebenarnya !!!".

Pada saat itu, Allah menurunkan hidayah kepada wanita pelacur itu, sehingga ketakutannya kepada Allah dan RosuI-Nya membuatnya berkata jujur, "Sesungguhnya Qarun telah memberiku uang 1000 dinar agar aku melemparkan tuduhan atas diriku kepadamu. Dan aku begitu takut kepada Allah jika aku menuduh Rosul-Nya”.

Nabi Musa as pun tersimpuh dan bersujud sambil menangis memohon pertolongan kepada Allah SWT, "Wahai Tuhanku, jika aku adalah nabimu yang hak, maka berilah pertolongan kepadaku".

Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa as, “Sesungguhnya Aku telah menjadikan bumi tunduk atas perintahmu, maka perintahlah dia sesukamu”.

Nabi Musa as pun bangkit dan berkata tegas, "Barangsiapa yang bersama Qarun, maka tetaplah bersamanya. Dan barang siapa bersamaku, maka menyingkirlah darinya". Mendengar perkataan Nabi Musa as, orang-orang Bani lsrail pun menyingkir dari sisi Qarun kecuali dua orang.

Kemudian, Nabi Musa as pun berkata tegas, "Wahai bumi, telanlah mereka (Qarun dan dua pengikutnya) !". Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai lutut mereka.

Nabi Musa as berkata untuk kedua kalinya, "Wahai bumi, telanlah mereka !”. Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai pusar mereka, sedangkan Qarun dan dua pengikutnya meminta belas kasihan Nabi Musa as.

Nabi Musa as berkata untuk ketiga kalinya, "Wahai bumi, telanlah mereka". Atas perintah Nabi Musa as, bumi pun menelan ketiganya sampai leher mereka, sedangkan Qarun dan dua pengikutnya meminta belas kasihan Nabi Musa as. Namun, dikarenakan kedengkian dalam Qarun dan dua pengikutnya, kemarahan Nabi Musa as membuat Beliau tidak mempedulikannya.

Nabi Musa as berkata untuk keempat kalinya, "Wahai bumi, telanlah mereka !". Atas perintah Nabi Musa as, perlahan bumi pun menelan seluruh badan ketiganya, sedangkan ketiganya meminta belas kasihan Nabi Musa as.

Dalam situasi seperti itu, banyak orang dari Bani Israil saling berbisik, "Sesungguhnya Musa mendoakan Qarun agar dia bisa mewarisi rumah dan gedung hartanya". Nabi Musa yang mendengar bisikan Bani Israil itu kemudian berkata untuk yang terakhir kalinya, "Wahai bumi, telanlah rumah dan semua harta milik Qarun !".
Tiada yang mampu membatalkan kekuasaan Allah SWT. Dia menenggelamkan Qarun, pengikut dan harta kekayaannya ke dalam bumi sebagai pembelajaran untuk umat Nabi Musa as yang lain dan juga umat-umat setelahnya.
Dan sampai sekarang pun kisah Qarun menjadi pelajaran unik dan berharga bagi kita semua agar kita tidak haus akan kekayaan dunia dan melalaikan perintah Allah SWT. Bahkan, hingga saat ini nama “Qarun” pun dikenal bagi mereka yang menemukan harta terkubur dengan sebutan "Harta Karun" .




Kisah Qarun dan Hartanya menurut Al-Qur'an

AGAR PUASA MENGHASILKAN CAHAYA 


Berkata sebagian arifin,
Besarnya makanan bagi ruh sesuai kadar kosongnya perut seseorang. Semakin lapar perut seseorang ketika berpuasa semakin besar cahaya yang masuk ke dalam ruhnya.

Al-lmam Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata

"Diantara adab-adabnya orang yang berpuasa, hendaknya ia tidak memperbanyak tidur di siang hari dan tidak memperbanyak makan di malam hari. Hendaknya ia bersikap wajar saja akan hal tersebut, sehingga ia tetap merasakan rasa lapar dan dahaga (di siang harinya karena tidak banyak tidur, dan di malam harinya mampu berjaga karena tidak terlalu kenyang). Dengan demikian jiwanya akan bersih, nafsu syahwatnya akan melemah dan hatinya akan bercahaya. lnilah rahasia dan tujuan dari ibadah puasa".

Berkata Jalaluddin Rumi, "Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa, Api nya akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu. Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab. Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan di dalam hasratmu".
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tiga tingkatan dalam berpuasa. Tingkatan pertama, adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat. Tingkatan kedua, selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa.
Tingkatan ketiga, menjaga pandangan hati agar senantiasa memandang Allah dan tidak terbersit kepada selainNya.
Bulan puasa adalah bulan riyadhoh.Kata Abah Guru Sekumpul,
"Arti riyadhoh itu tarkul manam (meninggalkan tidur), tarkul anam (meninggalkan manusia, uzlah),
tarkul tho'am ( meninggalkan makanan, lapar),
tarkul kalam meninggalkan berbicara banyak diam.

Berkata Syekh Abil Hasan As Syadzili, "Jika engkau ingin diberikan khusyu‘ maka janganlah memandang haI-hal yang diharamkan Allah. 

Jika engkau ingin dianugerahi hikmah maka janganlah berlebihan dalam berbicara (perbanyaklah diam). 

Jika engkau ingin merasakan lezatnya iman maka janganlah berlebihan dalam makanan." 

Mudah-mudahan berkat Rasulullah,Auliya Allah,Guru-guru kita dan orang-orang sholeh Allah ampuni dosadosa kita, dipanjangkan umur sehingga dapat bertemu dengan bulan ramadhan. 


AGAR PUASA MENGHASILKAN CAHAYA


Assalamu'alaikum.

Ini adalah tulisan pertama dipenghujung bulan Sya'ban. yang sebentar lagi kita akan masuk dibulan yang penuh berkah dan biasa dengan yang disebut bulan Ramadhan. kali ini DoTI (doa terbaik islami) akan membahas tentang kata yang kata orang kata paling powerful.
"maaf ya sengaja dibanyakin kata kata kata " :-)

Kata orang, ada tiga kata paling powerful di dunia ini, yakni tolong, terima kasih, dan minta maaf. Meskipun powerful, namun disebut juga jika ketiga kata itu adalah kata-kata yang cenderung paling susah untuk dikatakan oleh manusia. Apakah benar ?

Untuk kali ini DoTI bakalan membahas kata yang kata orang termasuk kata paling powerful yaitu MAAF.

Dalam hadist yang diriwayatkan HR Ibnu Hibban

Sayyidatina Aisyah RA pernah ditanya terkait watak pribadi Rasulullah Saw, ia pun menjelaskan:

كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح

“Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, tidak berbuat keji, tidak berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,” 
(HR Ibnu Hibban).

Sulit atau tidaknya seseorang minta maaf atau memberi maaf kepada orang lain tidak hanya dipengaruhi oleh sikap atau karakter seseorang. Terkadang, mood dan emosi seseorang juga terlibat di dalamnya. Bahkan, faktor gengsi juga seringkali dijadikan tameng seseorang untuk tidak mau minta maaf.

Tapi, mari renungkan yang dilakukan Rasullah SAW berikut :

Di antara sifat Rasulullah Saw ialah suka memberi maaf. Beliau seringkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya.

Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan hawa nafsu jahatnya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf.

Allah SWT berfirman:

فمن عفا وأصلح فأجره على الله

“Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” 
(QS: Asy-Syura: 40)

Dalam benak perasaaan ataupun hati kita pasti akan ada kata-kata berikut :

“Kalau aku minta maaf duluan, berarti aku mengakui kalau aku salah dong?” 

Demikianlah pemikiran beberapa orang yang menyebabkan minta maaf jadi sedemikian sulitnya.

Sudah banyak artikel yang mengulas jika minta maaf lebih dahulu tidak berarti seseorang bersalah dan mengaku kalah. Minta maaf lebih dulu kepada orang lain seringkali merupakan cara seseorang untuk mengakhiri perang dingin yang biasanya terjadi setelah pertengkaran.

Meminta maaf dan memaafkan haruslah saling beriringan. disisi Allah SWT meminta maaf dan memaafkan mendapatkan sesuatu yang tak pernah bisa terukur.

Dalam sebuah hadits juga disebutkan:

وما زاد الله عبد بعفو إلا عزا

"Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan,” 
(Al-Muwatta’ karya Imam Malik).


"Semoga Allah tetapkan kita mampu meminta maaf dan memberi maaf"

TENTANG MAAF

ISLAM SEBAGAI SUATU PANDANGAN HIDUP KITA


   Apakah Islam sebagai suatu pandangan hidup bersifat lengkap dan benar? Pertanyaan ini menjadi begitu urgent ketika seorang Islam dihadapkan pada suatu tantangan pemikiran, tentang kebertahanan ajaran-ajaran agamanya. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya pergeseran ideologi pemikiran di abad ke21 mendatang. Bahkan lebih jauh lagi, eksistensi agama yang dipertaruhkan. Sebab bukan hal yang mustahil, bahwa pada abad-abad mendatang agama-agama akan ditinggalkan orang karena tidak mampu lagi memberikan suatu jalan keluar dari kemelut kemanusiaan yang menimpa manusia secara keseluruhan.

Secara definitif interpretasi terhadap ajaran agama terkadang membuat ajaranajaran agama yang bersangkutan pada praksisnya mengalami kemandegan, jauh dari nilai transendensi ajarannya sendiri, dan takluk kepada kepentingan-kepentingan, baik itu kelompok ataupun rezim kekuasaan.

Oleh karena itu, perlu suatu re-interpretasi terhadap ajaran agama yang sejalan dengan dinamika dan perkembangan masyarakat, sehingga diperoleh suatu sintesa pemikiran yang mampu memberi jalan keluar kemelut kemanusiaan yang ada di dalamnya, minimal mampu menjembatani permasalahannya, memberi jawaban serta memberi alternatif yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan yang muncul, tidak lagi menggantung dan hilang tak tentu rimbanya.

Artikel yang sedang anda baca ini. merupakan suatu usaha ke arah sana.Artikel ini berusaha mengangkat suatu tema yang dekat dengan keseharian realitas manusia, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari ketidak-tahuan manusia serta keterdesakannya dengan sesuatu yang diluar kemampuan nalar manusia. Perbincangan di dalamnya memang cenderung bersifat filosofis. Namun berangkat dari hal yang sifatnya filosofis inilah,justru akan semakin membuka mata kita, betapa kita memang sangat butuh dengan adanya suatu kepastian dan jaminan, yang mana semua itu terjawab dan ada di dalam agama. ISLAM dalam hal ini membuktikan dirinya mampu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Selain itu, Artikel ini juga melatih kita untuk berpikir secara logis dan benar, senantiasa ingat dan memikirkan akan penciptaan alam semesta beserta isinya. Sehingga hal itu akan menempatkan kita pada aras yang benar, mampu membuat suatu terobosan pemikiran yang cemerlang dalam menghadapi dan menjawab suatu permasalahan hidup dan keagamaan, serta selalu mengingatkan kita kepada Sang Pencipta. Dengan ingat kepada-Nya, maka hati kita akan mengalami ketenteraman dan ketenangan, karena ada sandaran dan transendensi dengan-Nya. Alaa bi dzikkrillah thatmainnu al-quluub.

ISLAM SEBAGAI SUATU PANDANGAN HIDUP KITA


Tahukah kalian seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, Ialu ia mandi dari air sungai itu setiap hari Iima kaIi, apakah akan tersisa kotorannya? Para sahabat menjawab, "tidak akan tersisa sedikitpun kotorannya."BeIiau berkata,”maka begitulah perumpamaan shalat Iima waktu, dengannya Allah menghapus dosanya” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Beberapa bulan belakangan ini di media sosial telah ramai diperbincangkan pelarangan suara azan. Tentunya pelarangan disampaikan orang yang jelas tidak suka dengan syiar Islam. Padahal tidak sedikit para mantan pendeta, pastor dan lain sebagainya memeluk Islam setelah mendengar suara azan.

Dalam buku Mengapa Kami Memilih Islam, kita mendapat jawaban cerdas dari para muallaf. Bahwa ternyata suara azan memiliki energi kearifan yang sangat dahsyat yang mampu menyentuh relung-relung kalbu untuk berupaya mencari tahu makna dan arti dari suara azan. Setelah mereka mengetahui maknanya, mereka dengan kesadaran diri menjadi muallaf (masuk Islam tanpa paksaan). Oleh sebagian kita tentu masih banyak yang bertanya, apa makna di balik suara azan tersebut.

Syiar Kebesaran Allah SWT;
 Syiar kebesaran Allah melalui kalimat Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar. Hal ini menjadi renungan bagi kita untuk membesarkan Allah dalam kehidupan dan menjadikan diri kita kecil di hadapannya. ilmu yang kita miliki tidak ada bandingannya dengan ilmu yang dimiliki Allah, bahkan Allah Mahamemiliki llmu. Harta yang kita punyai juga tidak ada bandingannya dengan Allah yang Mahamemiliki harta dan kekayaan ditambah kekayaan Allah di Langit dan di Bumi, di Barat dan di Timur.

Dalam kaitannya dengan kebesaran Allah dalam kehidupan dan sebagai orang yang beriman kita wajib mengagungkan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah Isra' ayat 111: dan Katakanlah: ”Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.

Dalam kitab tafsir Al-muyassar jilid l halaman 293 ditafsirkan

tentang kalimat agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya (wa kabbirhu takbira ) dengan tafsiran ”agungkanlah Allah dengan pengagungan yang sempurna disertai memuji dan beribadah hanya kepada Allah dan dengan keikhlasan beragama Islam secara kaffah".

Mempertegas Syahadatain; Syahadatain dipahami dengan dua kalimat syahadat baik Syahadat Tauhid (Asyhadu Alla ilaha illalla‘h) dan Syahadat Rasul (wa asyhadu anna Muhammadarrasullah ). Tentunya kedua kalimat tersebut harus terpatri dalam sanubari yang ditindaklanjuti dengan istiqamah memegang dua buhul kalimah syahadat. Dr lwad bin Abdillah Al Mu'taq dalam bukunya Syurat La ilaha illallah menjelaskan, di antara syarat yang harus dimiliki seorang Mukmin dalam mengucapkan kalimat syahadat yakni keyakinan (Alyaqin) dan cinta (Almahabbah). Alyaqin dipahami dengan menghilangkan keraguan dalam diri bahwa tidak ada yang Mahapencipta kecuali Allah (La khéliqa IIIa/Iah) dan tidak ada yang Mahamemberikan rezeki kecuali Allah (La Raziqa illallah).

Demikian juga keyakinan akan keberadaan Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik (uswatun hasanah) dalam kehidupan Dengan keyakinan yang sebenarnya, maka rasa cinta kepada Allah dan Rasulnya akan terwujud secara totalitas yang selanjutnya seluruh perintah Allah dan Rasulnya juga akan ditaati tanpa ada penolakan sedikitpun (sami’na wa atha’na ).

Shalat Merupakan Sungai Kearifan; Kalimat Hayya Alaasshalah yang berarti mari menunaikan ibadah shalat. Suatu seruan kelembutan dari Allah yang Mahalembut (Allathif) menyeru hambaNya yang telah mempertegas syahadatain dalam kehidupannya. Dengan dasar keyakinan dan cinta, kita akan menghampiri seruan Tuhan dari masjid "Rumah Allah yang suci". Sebab di balik seruan itu ada hal yang penting dan menjadikan kita hambaNya yang suci setelah menunaikan ibadah shalat.

Apalagi Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah: tahukah kalian seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, Ialu ia mandi dari air sungai itu setiap hari Iima kali, apakah akan tersisa kotorannya? Para sahabat mejawab ”tidak akan tersisa sedikitpun kotorannya.”BeIiau berkata,”maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosanya".

Berdasarkan hadis ini Allah SWT melalui RasuINya mengajarkan hambaNya untuk senantiasa menyucikan diri mereka di "Sungai Kearifan" yakni ibadah shalat.

Meraih Alfalah;
Kata Alfalah dari kalimat Hayya ’Ala Alfalah memiliki beragam makna, selain diartikan dengan kemenangan, Alfalah juga berarti kebahagiaan sebagaimana dituliskan Jalaluddin Rahmat dalam Bukunya Tafsir kebahagiaan. Tentunya kemenangan dan kebahagiaan akan diraih seseorang setelah mencurahkan rasa cintanya di “Sungai Kearifan" shalat lima waktu.

Mempertahankan Tauhid Dalam Kehidupan; Setelah kalimat AI/ahu Akbar, seruan azan ditutup dengan kalimat La ila‘ha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah). Suatu kalimat penegasan bahwa kita harus senantiasa mempertahankan Tauhid bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan kata lain meminjam istilah Al-ustadz H.Yusuf Mansur, Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.

Dengan demikian seruan kearifan azan menyimpan hikmah yang luar biasa bagi orang beriman. Juga jawaban atas pandangan yang salah dari orang yang benci dengan syiar Islam, ragu akan kebesaran Allah dan keagungan Rasulnya. Allahu Akbar Wa Iillahilhamdu. Wallahu a’lam bi Asshawab.



BEGITU HIKMAH SUARA KEARIFAN ADZAN


Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka Bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS AI-Jumu'ah/62: 9-10).

Sewaktu masih di kampung, setiap hari Jum'at saya kerap mendengar QS AI-Jumu'ah (surah ke 62) khususnya ayat 911dibacakan oleh Bilal. Ayat-ayat ini dilantunkan dengan sangat indah sebelum prosesi Khutbah dan shalat Jumu'at dimulai. Saya tidak tahu dalilnya mengapa ayat itu dibaca d setiap kali hendak shalat Jum'at.

Saya juga tidak ingin mempertanyakannya karena biasanya jawaban yang diberikan sama. "Sejak dulu sudah dibuat oleh atok-atokmu." Dalam bahasa fikihnya disebut taklid. Hemat saya, secara sederhana argumennya adalah karena ayat-ayat itu terdapat pada surah AI-Jumu'ah dan isinya mengingatkan umat Islam laki-laki agar bergegas ke masjid untuk shalat Jum'at.

Tentu saja saya sebagai anak-anak dengan referensi sangat terbatas-kendati mengaji sore di Madrasah Ibtidaiyyah, selanjutnya masuk ke MTsN-tak cukup mampu menggali kandungan ayat yang sangat dalam. Belakangan saya baru tahu ternyata surah AI-Jumu'ah adalah, meminjam istilah Amru Khalid, surah yang meminta ketegasan kita menentukan afiliasi dalam hidup. Seakan ayat itu bertanya, mana barisan, kelompok dan sekutumu? Apakah ketika diseru azan Jum'at, engkau meninggalkan aktivitasmu, seberapapun penting itu demi untuk bisa hadir di masjid untuk shalat Jum'at. Atau engkau memilih menyelesaikan tugasmu dengan 1000 alasan. Tentu saja implikasi dari keputusan memilih afiliasi kepada Allah adalah komitmen untuk mendahulukan Allah dari apapun yang ada di muka Bumi ini.

Sebenarnya surah AI-Jumu'ah bisa dianalisa dengan berbagai pendekatan. Seorang insinyur teknik Sipil misalnya, akan melihat QS AI-Jumu'ah khususnya ayat 9, mengajarkan menata sebuah kota yang indah. Masjid harus diposisikan sebagai titik nol bagi sebuah kota. Ia berada di tengah-tengah kota kendati dalam makna mazaji. Posisi masjid bukan di pinggiran atau di tempat yang sangat strategis. Isyarat ayat yang artinya, jika dipanggil untuk melaksanakan shalat Jum'at, bersegeralah engkau pada panggilan tersebut dan tinggalkanlah jual beli....

Jelas menunjukkan, masjid berada di tengah atau pusat kota sehingga menjadi lokus atau sentra perhatian dan kegiatan. Posisi masjid yang benar dari perencanaan tata kota,]ika dilihat menggunakan kamera dari atas, akan terlihat umat Islam berbondong-bondong menuju satu titik yaitu masjid. Selanjutnya ada isyarat yang sangat kuat bahwa masjid dikelilingi pusat-pusat perbelanjaan atau toko-toko yang menunjukkan sibuknya aktivitas bisnis. Kendatipun para fuqaha mengatakan, penyebutan jual beli pada ayat itu adalah isyarat bahwa aI-ba'i adalah ummu aI-mu'amalat (induknya almu'amalat). Artinya jika telah disebut jual beli maka termasuklah semua jenis aktivitas lainnya seperti petani, pegawai, guru, mesti di tinggalkan.

Bagi penulis, QS Al-Jumu'ah adalah surah yang menegaskan urgensi membangun ekonomi kejama'ahan. Bukan saja ekonomi kejamaahan ini tersirat dari nama surah AI-Jumu'ah yang akar katanya sama dengan jamaah. Tetapi juga kandungan ayatnya yang memberi kesan kuat pentingnya membangun ekonomi kejamaahan. Ada baiknya kita perhatikan ayat Alquran surah AI-Jumu'ah: 9-10.

Kalimat tinggalkan jual beli menunjukkan, aktivitas umat Islam itu umumnya didominasi kegiatan dagang atau aktivitas ekonomi dalam makna lebih luas. Sederhananya di dalamnya ada aktivitas produksi, distribusi dan tentu saja konsumsi. Jika diterjemahkan secara progresif maknanya umat Islam harus menguasai jalur produksi, distribusi dan tentu saja konsumsi. Untuk yang terkahir ini, karena produksinya dikendalikan umat Islam maka konsumennya menjadi tidak terbatas. Bukan saja dari kalangan umat Islam tetapi juga non muslim.

Padatnya aktivitas ekonomi ini berpotensi membuat umat Islam lupa untuk tetap menjagai orientasi dan hubungannya dengan Allah SWT. Bukankah perdagangan itu kerap melalaikan manusia dari mengingat Allah. Karena itulah Allah menegaskan umatnya untuk bersegera meninggalkan aktivitas bisnis manakala diseru azan dan menjadi lebih spesifik pada hari Jum'at, hari di mana seluruh umat Islam berkumpul untuk shalat.


Ada beberapa makna, mengapa panggilan ini menjadi penting dan harus dilaksanakan. Pertama, aktivitas bisnis merupakan aktivitas yang sangat berpotensi untuk menyimpangkan manusia dari nilai-nilai kebenaran. Bisnis langsung menyentuh kebutuhan dasar manusia. Pada saat yang sama, manusia juga merupakan makhluk yang tidak pernah puas dan cukup terhadap harta. Tidaklah mengherankan jika banyak ayat-ayat awal yang menunjukkan sikap serakah manusia, seperti menumpuk-numpuk harta kemudian menghitungnya dan akhirnya menganggap harta itu dapat mengekalkannya di muka bumi ini. (lihat QS AI-Lumazah).

Kedua, shalat sesungguhya media yang sangat efektif untuk menyerap energi Allah SWT. Bisnis adalah kegiatan yang menguras energi besar, bukan saja tenaga tetapi juga pikiran Dari mana energi itu seharusnya diperoleh. Jika energi yang diharapkan bersumber dari Allah SWT maka shalat adalah media yang paling efektif. Jika energi yang ingin digunakan berasal dari Setan, maka abaikanlah perintah Allah SWT. Hal ini sangat relevan jika kita perhatikan ayat sesudahnya yang memerintahkan kita untuk segera bertebaran di muka bumi mencari karunia Allah manakala shalat telah selesai ditegakkan.

Ketiga, aktivitas shalat yang satu dengan shalat lainnya, adalah cara terbaik agar kita tetap berada pada jalan Allah SWT. Saat seseorang merasa dalam pengawasan Allah, maka ia akan berbisnis dengan menjunjung tinggi etika dan moralitas. Dalam sebuah penelitian jelas sekali digambarkan, pedagang yang ingin berhaji dan berusaha mengumpulkan uang cenderung berbisnis dengan benar. Menjunjung tinggi etika bisnis. Tidak ada maisir, gharar, riba dan batil. Ia sadar betul bukan saja karena uangnya akan digunakan pada jalan Allah tetapi juga ia merasa mendapatkan pengawasan Allah SWT. Bisnis tidak boleh mencelakakan, menzalimi atau merugikan orang lain. Bisnis haruslah berbuah kemaslahatan.
Keempat, puncaknya pada shalat Jum'at di mana seluruh pedagang, pengusaha dan pemangku kepentingan berkumpul di masjid untuk shalat. Mereka mengembalikan dirinya ke titik nol, sebagai abdun yang lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Menyadari kelemahan dan kekhilafan diri untuk selanjutnya bertekad menjadi manusia terbaik. Siapa saja yang selesai shalat merasakan suasana batin yang penuh kedamaian dan ketenteraman.

Komunikasi yang dibangun kepada sesama manusia, setelah seseorang selesai berkomunikasi dengan Allah SWT tentu saia menimbulkan dampak psikologis berbeda. Orang yang sedang berada dalam puncak fitrah, cenderung selalu bertindak benar, senang terhadap keindahan juga terdorong selalu melakukan kebaikan. Bayangkan dalam kondisi batin seperti ini, terjadi komunikasi bisnis di kalangan umat Islam. Dipastikan akan terbangun silaturrahim bisnis yang benar dan tentu saja saling menguntungkan. 

Kemestian menegakkan shalat di masjid bukan semata mencari pahala 27 derajat. Lebih dari itu, shalat jamaah sarana membangun jaringan bisnis kuat, baik sektor produksi atau distribusi. Pertemuan antar umat Islam dalam jumlah besar adalah kesempatan berharga untuk membangun jaringan bisnis umat. Muslim yang satu menguatkan yang lain. Sampai di sini kita bisa memahami mengapa ayat berikutnya, Allah SWT memerintahkan umat Islam, bila selesai menunaikan shalat, bertebaran di muka Bumi, mencari karunia Allah dan tetap dalam keadaan zikir. Tentu saja makna bertebaran adalah membangun jaringan bisnis, mencari peluang bisnis baru yang dapat dikembangkan dan mencari rezeki. Dengan demikian, setelah shalat bukan masanya berleha-Ieha, santai dan membuang waktu sehingga tidak produktif. Umat harus menggunakan energi yang ditransfer Allah lewat shalat untuk digunakan haI-hal produktif. 
Adalah satu kesalahan besar, manakala selesai shalat, umat kembali menjadi individualis dan mementingkan diri sendiri. 



KEKUATAN SURAH AL-JUMU'AH BAGI EKONOMI UMMAT


(Lukman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di Langit atau di dalam Bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya) sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahamengetahui (QS.Lukman :16).

Telah kita saksikan di media massa tentang kedahsyatan bencana tsunami 26 Desember 2004 di Aceh dan sebagian pulau Sumatera. Begitu yang dirasakan rakyat Jepang 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC (14: 46 waktu setempat). Gempa yang dibarengi gelombang pasang tsunami telah menghabiskan semua yang ada.

Bencana gempa dan tsunami tidak terlalu menyulitkan masyarakat jepang karena mereka belajar dari bencana yang dating. Yang perlu di antisipasi adalah nuklir yang mereka punya, karena Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kemarin yang mereka punya telah meledak akibat gempa yang terlalu sering.

Kimia nuklir (nuclear) berasal dari kata nucleon yang artinya inti. Pada masa perang dunia II, untuk menaklukkan Jepang, sekutu yang dipelopori Amerika menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki yang radiasi dan unsur radioktifnya mencapai ribuan kilometer. Saat itu penduduk kedua kota tersebut sebagian besar meninggal dunia terkena radiasi zat radioktif yang mematikan.


Di dalam Alquran dijelaskan bahwa inti dari penyusunan materi yang paling kecil adalah atom yang diterjemahkan menjadi biji sawi: (Lukman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di Langit atau di dalam Bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya) sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahamengetahui (QS.Lukman :16).
Jadi efek yang ditimbulkan nuklir tersebut bisa membawa kebahagiaan (kemaslahatan umat) dan juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Inilah yang dikhawatirkan rakyat Jepang khususnya dan umumnya buat kita semua. Bencana yang melanda Jepang hendaknya kita jadikan ibrah (pembelajaran) agar rakyat bangsa ini dapat benar-benar mengintropeksi diri, sejauhmana amal dan kepatuhan kita sama sang Mahakuasa. Janganlah kita selalu berbuat maksiat dan takutlah Allah dimanapun kita berada Ittaqillah khaisuma kunta.
Hikmah di balik bencana adalah agar kita semua menjadi hambaNya yang sabar sehinggah proses kesabaran ini mengantarkan kita kejenjang ketakwaan kepada Allah SWT, Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar. Karena itulah marilah kita kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan kita ataukah termasuk mereka wal'iyadzubillah, yang sedang disiksa dan dimurkai Allah karena kita tidak mau beribadah dan banyak melanggar larangan-Nya. 


Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ummu Salamah: Aku mendengar Rasulullah SAWbersabda: Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah SWT akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik. Mudah-mudahan kita rakyat Indonesia ini dijauhkan dari bencana tersebut. Amien Ya Rabb. 

NUKLIR DALAM PERSPEKTIF (SUDUT PANDANG) AL-QUR'AN


Adapun riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS. aI-Rum ayat 39)

Kecenderungan nafsu manusia untuk memiliki harta tidak ditampik oleh Alquran. Selama kecenderungan ini dilakukan melalui mekanisme yang diatur oleh Alquran maka memiliki harta bukanlah aib yang memalukan. Karena itu Alquran mengatur cara memperolehnya dan cara mendistribusikannya.

Aturan-aturan yang dibuat Alquran menunjukkan bahwa harta tidak boleh menumpuk pada seseorang akan tetapi harus beredar secara merata di setiap masyarakat. Dalam tataran ini, Alquran menunjukkan sistem ekonomi yang membawa kepada penumpukan harta dan sistem ekonomi yang benarbenar membawa kepada pemerataan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua sistem ekonomi yang sering beredar di tengah-tengah masyarakat yaitu riba dan zakat. Keduanya sangat kontradiktif karena riba dikecam oleh Alquran sedangkan zakat diperintahkan untuk digalakkan.

Kecaman Alquran terhadap riba menunjukkan bahwa sistem ekonomi riba ini tidak hanya melemahkan ekonomi sesaat tetapi terus berkelanjutan. Kebalikan dari sistem ekonomi zakat yang dapat menguatkan ekonomi masyarakat secara berkepanjangan.

Pada tataran ini Alquran mempertentangkan antara logika manusia dengan logika Tuhan khususnya dalam hal riba dan zakat. Pertentangan ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan yang signifrkan antara keduanya sehingga dikhawatirkan berdampak kepada kemunduran ekonomi.

Logika manusia memahami bahwa sistem ekonomi riba paling signifikan menambah harta. Penambahan ini bersifat pasti karena jumlah dan waktu sudah ditetapkan di awal transaksi. Dengan demikian, pertambahan dan waktu penerimaan sudah dapat diprediksi dari awal.

Beda halnya dengan logika Tuhan yang memandang bahwa riba tidak memiliki kontribusi pada penambahan harta. Sistem ekonomi riba dapat melemahkan sendi-sendi ekonomi sehingga lambat-Iaun dampaknya tidak hanya menimpa kepada peminjam tapi juga pemodal.

Sebaliknya, logika manusia memahami bahwa zakat dapat mengurangi harta yang dimiliki karena sebagiannya telah diberikan kepada orang lain. Adapun logika Tuhan menyatakan bahwa zakatlah yang dapat menambah harta asalkan dilakukan untuk mencari ridha-Nya.

Perbedaan kedua logika ini memerlukan waktu yang lama untuk membuktikannya. Riba adalah ibarat pohon mangga yang dicangkok dan realitasnya cepat berbuah. Sedangkan zakat adalah ibarat pohon mangga yang ditanam dari bijinya namun lama masa berbuahnya.

Produksi pohon mangga yang dicangkok hanya bertahan beberapa tahun saja dan produktifutasnya semakin lama semakin menurun. Berbeda dengan pohon mangga yang ditanam dari bijinya maka daya tahannya bertahun-tahun dan produktifltasnya semakin lama semakin banyak.

Ketika pohon mangga yang ditanam dari biji sedang meningkat produktifltasnya maka pada saat itu pula pohon mangga yang dicangkok sudah punah. Jika ingin menanam pohon mangga cangkokan yang lain sudah pasti mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Begitulah kira-kira yang dapat dipahami dari ayat di atas ketika mempertentangkan antara riba dengan zakat. Sistem ekonomi riba tidak akan pernah mampu bertahan lama karena pondasinya tidak kuat. Berbeda halnya dengan sistem ekonomi zakat yang dikehendaki oleh Alquran karena pondasinya sangat kuat.

Rapuhnya pondasi sistem ekonomi riba karena tidak memberi kesempatan kepada yang lain untuk memiliki daya beli yang kuat. Berbeda dengan pondasi sistem ekonomi zakat yang membuka kesempatan luas kepada semua pihak untuk memiliki daya beli yang kuat.

Oleh karena itu, riba adalah perbuatan yang dapat merusak tatanan perekonomian karena melemahkan daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat melemah maka secara otomatis produksi akan menurun sehingga membuat perekonomian terpuruk dan kriminal meningkat.

Lain halnya dengan sistem ekonomi zakat yang dapat menumbuhkembangkan tatanan perekonomian karena masyarakat memiliki daya beli yang tinggi. Ketika daya beli tinggi maka secara otomatis produksi meningkat dan perekonomian maju dan angka kriminal berkurang.

Mengingat bahwa zakat memiliki potensi yang kuat untuk menumbuhkan ekonomi maka pengelolaannya harus profesional. Zakat tidak boleh lagi dikelola melalui management "kampungan" yang jika sudah diberikan kepada yang berhak dianggap urusan kewajiban selesai.

Ironisnya, meskipun potensi zakat sangat besar mengembangkan ekonomi umat namun bank-bank syariah belum menunjukkan adanya upaya yang serius untuk mengelolanya. Bank-bank syariah masih tertarik kepada pengelolaan modal sehingga dampaknya pdperekonomian umat masih sangat kabur.

Pengelolaan inilah yang membuat potensi zakat kalah bersaing dengan riba. Hal inilah yang mengingatkan kita pada pernyataan Ali bin Thalib yang artinya "sesuatu yang hak tanpa pengelolaan yang baik dapat dikalahkan yang bathil jika pengelolaannya dilakukan dengan baik".

Disinilah diperlukan peran bank-bank syariah untuk mengaktualkan logika Tuhan di atas. Kehadiran bank-bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan targhib dan tarhib dengan bujukan berkah dan surga atau dengan ancaman bencana dan neraka kepada umat.

Selama sistem ekonomi zakat belum dapat diterapkan dengan baik dan benar maka selama itu pula praktik sistem ekonomi riba tidak akan terbendung. Meskipun banyak institusi yang mengklaim dirinya terhindar dari riba namun secara substansi praktik ini tidak terhindarkan.

Kesulitan mengembangkan sistem ekonomi zakat karena dipengaruhi oleh berbagai aturan yang terkesan lebih banyak memihak muzakki dari pada mustahik. Selain itu, zakat selama ini hanya didekati melalui fiqih sentries yang orientasinya hanya sah atau tidak sah.


Sebagai salah satu sistem ekonomi seharusnya zakat didekati melalui perspektif ekonomi yang orientasinya efektif atau tidak efektif. Dengan demikian, bank-bank syariah harus mampu menjadikan zakat sebagai sebuah alternatif untuk menyaingi sistem ekonomi riba.

Ayat di atas menggambarkan ada dua sistem ekonomi yang berlaku di masyarakat yaitu sistem ekonomi riba dan sistem ekonomi zakat. Kedua sistem ekonomi ini sangat kontradiktif karena riba membawa kepada kemunduran sedangkan zakat membawa kepada kemajuan.

Sistem ekonomi riba hanya memberi keuntungan sepihak saja yaitu kepada pemodal sedangkan kepada pihak peminjam memberi kerugian secara beruntun. Pada awal transaksi saja sudah tercatat keuntungan pihak pemodal dan kerugian bagi pihak peminjam.



Riba versus Zakat Dalam Al-Qur'an


"Wahai orang orang yang mengaku beriman!
masuklah kedalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan jangan kalian mengikuti langkah langkah Syeithan, sesungguhnya Syeithan itu (merupkan) musuhmu yang nyata.” (QS. 2/Al-Baqarah: 208).

Dalam ayat di atas, Allah meminta tiga hal kepada orang orang yang mengaku telah beriman, yaitu
 1) untuk memasuki agama Islam secara kaffah (secara keseluruhan/secara tota litas),
2) supaya tidak mengikuti langkah langkah Syeithan,
3) Allah informasikan dengan jelas, bahwa Syethan itu musuh yang nyata bagi orang orang yang mengaku telah beriman.

Dalam konteks ayat diatas dapat kita analisis, apa kira kira maksud Allah meminta kepada orang orang yang telah beriman supaya masuk kembali kedalam Islam secara kaffah (secara menyeluruh) atau dalam istilah yang lain secara totalitas. Menurut analisa penulis, pertama, Allah sangat mengetahui bahwa manusia secara umum tidak menerima ajaran Islam itu secara kaffah (secara menyeluruh/totalitas), tetapi menerima sebagian dan menolak sebagian yang lainnya.

Untuk itu penulis ingin menganalisa dalam 4 (empat) aspek saja, yaitu aspek aqidah, aspek ibadah, aspek mu'amalah dan aspek hukum syari'at. Pertama mari kita lihat dalam aspek aqidah, wah masih banyak sekali ummat Islam Indonesia yang aqidahnya masih berbaur dengan keyakinan Hindu,

keyakinan Hindu, contoh ketika seorang ibu sedang memasak didapur, tiba-tiba piring jatuh sampai pecah atau gelas dan barang-barang yang lain, umumnya meyakini bahwa itu sduatu pertanda ada sesuatu hal yang tidak baik bakal dialami oleh salah seorang anggota keluarga, apa lagi secara kebetulan ada salah serang anggota keluarga yang mendapat kecelakaan atau mengalami musibah, maka keyakinannya semakin bertambah. Pada hal dalam rukun Iman telah tuntas dijelaskan, bahwa salah satu rukun Iman adalah percaya kepada qadha dan qadar, artinya segala sesuatu yang menimpa kita, pada hakekatnya telah tertulis di Iauh mahfudl sejak kita dalam kandungan ibu kita ketika genap empat bulan usia kndungan, ketika itulah ditupkan ruh, dan ditetapkan rezeki, jodoh, peruntungan nasib, dan juga batas usia, mana da hubungannya dengan pertanda pertanda seperti tersebut diatas.
Begitu juga masih banyak yang percaya bahwa arwah orang orang yang sudah mati akan kembali pada malam malam Jum'at tertentu untuk memantau anggota keluarga yang masih hidup, maka untuk menghormati arwah tersebut dengan membakar kmenyan, sebagai informasi bahwa semua anggota keluarga yang masih hidup dalam keadaan nyaman nyaman saja. Dan masih banyak anggota masyarakat ketika mau menikah, menziarahi kuburan kedua orang tua untuk meminta restu, hal ini sering kita tonton dalam film-film dan sinetron sinetron yang ditayangkan di media televisi. Hal ini dapat kita maklumi, karena produser film dan sinetron yang paling ngetop sa'at ini adalah "Ram Punjabi" yang jelas jelas masih beragama Hindu, tetapi justru produdser itulah yang paling digandrungi oleh masyarakat, dan anehnya tidaka ada koreksi dari MUI Indonesia terhadap tontonan yang sudah menjamur disemua media televisi sa'at ini. 


Pada setiap acara pesta pernikahan, selalu ada acara tepung tawar untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup kedua penganten dengan alasan melestarikan adat, padahal jika adat tersebut yang jelas jelas melanggar syari'at mengapa harus dilestarikan, mengapa tidak langsung memohon kepada Allah supaya kedua penganten agar sakinah mawaddah warahmah, memang itu juga umumnya dilakukan dalam upacara do'a, tetapi tepung tawarpun tidak boleh ketinggalan. Itulah fenomena masyarakat kita sa'at ini yang sudah berlangsung sejak Indonesia belum merdeka bahkan mungkin samapai kapanpun ini belum bisa dihilangkan, karena penguasa/pemerintah hampir tidak pernah berpikir, apa lagi untuk mencegah fenomena itu. 

Kedua dalam aspek ibadah. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari, dimana jika kita tuding kepada setiap manusia yang selalu mengucapkan dua kalimah syahadat (mengaku sudah Islam), bahwa mereka sebenarnya masih kafir (ingkar), sangat marah, tetapi biia kita tuntut supaya mereka untuk menjalankan syari'at Islam seutuhnya, ternyata yang dapat dilakukan hanya sebahagian saja (sepotong sepotong). Contohnya masih banyak sekali ummat Islam yang belum menegakkan shalat lima waktu secara benar, alias masih banyak yang bolong, bahkan ada yang sama sekali hampir tidak melaksanakan sama sekali, ada yang melakukan shalat sehari semalam rata rata empat waktu saja, karena waktu subuh sering terlambat bangun, dan ada yang hanya tiga waktu saja (zuhur, maghrib dan isya) sedang ashar dan subuh dengan alasan jika ashar masih banyak sekali aktifitas mencari nafkah, sedang subuh sulit bangun tidur karena kecapaian seharian bekerja. Ada yang melaksanakan Shalat hanya seminggu sekali saja yaitu shalat jum'at, dan ada yang melaksanakan shalat lima waktu secara penuh dan bahkan banyak berjama'ah satu bulan saja, yaitu pada bulan Ramadhan, karena khawatir puasanya tidak diterima jika tidak shallat, selesai Ramadhan kembali kehabitat semula. Ada juga yang shalat hanya dua kali saja dalam setahun yaitu shalat Idul Fithri dan Idui Adlha, belum lagi kita analisa apakah kualitas shalat mereka sudah benar sesuai dengan contoh Rasul. 

Bila kita mencoba mengambil persentase, barang kali belum mencapai dua puluh persen ummat Islam Indonesia yang mencapai lebih seratus lima puluh juta orang yang dapat menegakkan shalat lima waktu dengan benar, sangat disayangkan belum ada lembaga yang mengadakan survey untuk itu. Demikian juga bila kita pantau keadaan ummat Islam Indonesia yang dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan benar, apa lagi yang masih muda, bahkan yang sudah gaek serkalipun belum mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan benar. Bukan hanya itu, sudah tidak puasa, tetapi secara terang terangan mampu merokok bahkan makan siang didepan orang orang yang sedang berpuasa.

Jika kita tinjau dalam ibadah zakat dan Hajji, tentunya Iebih memprihatinkan lagi, masih banyak orang orang yang berniaga menunaikan zakat tidak sesuai dengan ketentuan syari'at, artinya masih banyak yang mengelak atau mengurangi dari ketentuan yang sebenarnya, misalnya menghitung zakat dari hasil keuntungan saja padahal ketentuan syari'at menghitung zakat dari total asset, bahkan ada yang sama sekali tidak mengeluarkan zakat dengan dalih sudah banyak bersedekah, padahal dengan banyak bersedekah tidak melepaskan seseorang dari tuntutan syari'at untuk berzakat, karena sedekah hukumnya sunat, dan zakat hukumnya wajib.

Pekerja pekerja professioanal seperti Dokter spesialis, Pengacara, Notaris dan berbagai profesi lainnya, seolah olah tidak wajib berzakat, karena dalam hukum fiqih tidak pernah disebutkan adanya zakat profesi, mereka lupa bahwa ada dikenakan zakat harta dalam kajian fiqih, apakah pekerja pekerja professional bukan mengumpulkan harta.
Banyak orang kaya yang sehat belum melaksanakan ibadah Haji karena alasan masih terlalu muda khawatir tidak dapat menjaganya, dan yang paling aneah ada juga yang mengatakan belum ada panggilan, dan ada lagi yang beralasan malas mendaftarkan untuk ibadah Haji krena menunggu lebih dari sepuluh tahun,jika mati sebelum itu kan sia sia saja, karena pemahaman dan ilmu untuk itu belum memadai.
Ketiga, dalam aspek mu'amalah, masih banyak masyarakat kita belum mengetahui apa yang dimaksud dengan mu'amalah, sehingga tidak peduli dengan tetangga yang miskin, orang orang dlu'afa dan anak yatim, yang penting cukup menjaga hubungan baik saja, seolah olah mereka tidak punya kewajiban sama sekali terhadap orangborang tersebut, dan malah ada yang lebih buruk dari itu, yaitu yang selalu cek cok dan ribut dengan tetangga disebabkan hal ' hal yang kecil, seperti pertengkaran anak anak dan persoalan -persoalan bunyi kaset yang ketras keras dan lain sebagainya.
Ke empat, dalam aspek hukum syari'at. Bila kita tinjau dalam aspek ini, maka banyak sekali masyarakat yang masuk Neraka, karena tidak pernah membagi harta warisan yang ditinggalakn oleh suami, oleh isteri, dan oleh kedua orang tua, dan berlangsung betahaun tahun sampai ada salah seorang yang serbenarnya mendapat warisan dari almarhum ayah atau ibunya, tidak pernah dia nikmati sampai dia menyusul meninggal dunia seperti almarhum ayah atau ibunya. Begitu juga yang membagi harta warisan sama besarnya antara anak laki laki dan perempuan, seolah olah hukum yang ditetapkan dalam al Quran, tidak adil, mengapa klaum lelaki mendapat dua bagian sedangkan perempuan hanya mendapat satu bagian saja. Ini artinya kan sama saja menghujat Allah Swt, atau dengan istilah lain secra terang terangan menentang ketentuan Allah. Dalam kedah ushul fiqih orang seperti itu sudah termasuk dalam golongan kafir. Inilah fenomena ummat Islam Indonesia secara umum sa'at ini, hanya ada segelintir saja yang sudah mampu menjalankan syari'at Islam secara kaffah. 

Perintah kedua dalam konteks ayat diatas ialah, supaya manusia jangan mengikuti Iaangkah langkah Syeithan, atau dengan istilah lain jangan tertjerumus dalam perangkap Syeithan. (perintah yang berbentuk lara gan). Dalam kaedah ushul fiqih yang dimaksud dengan Syeithan bukanlah makhluk khusus, tetapi sifatnya yang disebut dengan sifat syeithaniah, artinya sifat yang suka menggoda ummat Islam untuk lari dari petunjuk Allah dan tuntunan Rasul, bisa saja dari makhluk jin yang ingkar kepada Allah dan bisa juga dari makhluk jin yang ingkar kepada Allah dan bisa juga dari mahkluk manusia, seperti yang tersebut dalam surah An Nas (minal jinnati wan nas), sedangkan iblis adalah berasal dari mahklukjin yang telah dimurkai Allah disebabkan melanggar perintah Allah untuk tunduk kepada Adam. (Lihat Q.S. 2/AI Baqarah: 34). 

Pengertian langkah Ingkah menurut hemat penulis ada urutan urutan pekerjaan atau aktifitas yang dimulai dari niat sampai kepad pelaksanaan baik pekerjaan duniawiyah maupun ibadah yang dilakukan manusia, yang persis seperti yang dilakukan oleh sifat sifat syeithaniah, misalnya, kita melakukan ibadah maghdhah seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul, yang banyak bid'ah, khurafat dan tahyul (TBC). Demikian juga pekerjaan duniawiyah seperti bertani, berladang, berternak, dan berniaga yang tidak sesuai dengan landasan syari'at Islam, misalnya membungakan uang, bertani dengan merugikan petani yang lain, berdagang dengan mengambilmkeuntungan berlipat ganda, menimbun barang untuk mengmbil keuntungan ketika barang barang langka di psaran supaya bisa dijual dengan harga yang tinggi, disa'at para konsumen terpaksa membelinya karena sangat membutuhkannya barang tersebut walaupu harga mencekik leher terpaksa juga membelinya, memanipulasi berbagai komoditas kebutuhan masyarakat demi meraih keuntungan pribadi dan lain sebagainya.


Dalam hubungan sosial kemasyarakatan, langkah langkah Syeithan antara lain, menghasut, memfltnah, meremehkan orang lain, berprilaku sombong, takabbur, bangga dengan diri sendiri, egois, suka bertengkar, gibah (mengupat), tiggi hati, dan semua penyakit hati yang cenderung kepada prilaku syethaniah. 

Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah yan dimaksud dengan Syethan adalah Syethan itu terdiri dari dua jenis makhluk, yaitu Syeithan yang tidak tampak (makhluk jin dan iblis) yang selalu membisikkan untuk meraih kenikmatan duniawi yang berlebihan, sehingga manusia terjerumus kedalam Neraka, dan yang kedua Syeitjhan yang tampak yaitu manusia itu sendiri yang sengaja mengajak manusia yang lain untuk mencintai dunia (hubbud dunya) secara berlebihan yang akibatnya sama fatalnya seperti bisikan Syeithan dan Iblis yang tak tampak yang pada akhirnya yang bisa tergoda tentunya Nerakalah tempat tinggalnya.

Allah telah mengunci ayat tersebut diatas, dengan kalimat: "fa innahu lakum 'aduwwum mubin", yang artinya: "sesungguhmya Syeithai itu adalah musuh kamu yang nyata". Maksudnya baik Syeithan yang tampak ataupun Syeithan yang tak tampak adalah mretrupakan musduh yang nyata bagi orang orang yang telah mengaku beriman.


Himbauan penulis kepada yang dapat membaca tulisan ml, marilah kita meningkatkan mutu keislaman dan keimanan kita kepada Allah, sehingga kita bisa mempetoleh keislaman yang kaffah, dan hendaknya kita mampu menjauhi dan meninggalkan perangkap perangkap Syeithan, karena Allah sudah nyatakan bahwa Syeithan itu adalah nmusuh kita yang nyata. Wallahu A'lam Bishshawab.





Tata Laksana ISLAM secara Kaffah

Subscribe Our Newsletter