(Lukman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di Langit atau di dalam Bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya) sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahamengetahui (QS.Lukman :16).
Telah kita saksikan di media massa tentang kedahsyatan bencana tsunami 26 Desember 2004 di Aceh dan sebagian pulau Sumatera. Begitu yang dirasakan rakyat Jepang 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC (14: 46 waktu setempat). Gempa yang dibarengi gelombang pasang tsunami telah menghabiskan semua yang ada.
Bencana gempa dan tsunami tidak terlalu menyulitkan masyarakat jepang karena mereka belajar dari bencana yang dating. Yang perlu di antisipasi adalah nuklir yang mereka punya, karena Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kemarin yang mereka punya telah meledak akibat gempa yang terlalu sering.
Kimia nuklir (nuclear) berasal dari kata nucleon yang artinya inti. Pada masa perang dunia II, untuk menaklukkan Jepang, sekutu yang dipelopori Amerika menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki yang radiasi dan unsur radioktifnya mencapai ribuan kilometer. Saat itu penduduk kedua kota tersebut sebagian besar meninggal dunia terkena radiasi zat radioktif yang mematikan.
Di dalam Alquran dijelaskan bahwa inti dari penyusunan materi yang paling kecil adalah atom yang diterjemahkan menjadi biji sawi: (Lukman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di Langit atau di dalam Bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya) sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahamengetahui (QS.Lukman :16).
Jadi efek yang ditimbulkan nuklir tersebut bisa membawa kebahagiaan (kemaslahatan umat) dan juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Inilah yang dikhawatirkan rakyat Jepang khususnya dan umumnya buat kita semua. Bencana yang melanda Jepang hendaknya kita jadikan ibrah (pembelajaran) agar rakyat bangsa ini dapat benar-benar mengintropeksi diri, sejauhmana amal dan kepatuhan kita sama sang Mahakuasa. Janganlah kita selalu berbuat maksiat dan takutlah Allah dimanapun kita berada Ittaqillah khaisuma kunta.
Hikmah di balik bencana adalah agar kita semua menjadi hambaNya yang sabar sehinggah proses kesabaran ini mengantarkan kita kejenjang ketakwaan kepada Allah SWT, Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar. Karena itulah marilah kita kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan kita ataukah termasuk mereka wal'iyadzubillah, yang sedang disiksa dan dimurkai Allah karena kita tidak mau beribadah dan banyak melanggar larangan-Nya.
Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ummu Salamah: Aku mendengar Rasulullah SAWbersabda: Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah SWT akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik. Mudah-mudahan kita rakyat Indonesia ini dijauhkan dari bencana tersebut. Amien Ya Rabb.