Sifat malas dan santai memiliki efek sangat buruk bagi anak, dipastikan membawanya penyesalan. Sebaliknya, kesungguhan dan kedisiplinan membawa kebahagiaan Dunia Akhirat.
Kehadiran seorang anak dalam rumah tangga merupakan kado terindah yang tak ternilai harganya. Dikatakan demikian karena kado tersebut tak dapat dicari dan dibeli dimana pun, melainkan pemberian langsung dari Allah SWT. ltulah sebabnya di kehidupan sehari-hari banyak kita menjumpai orang yang sudah menikah bertahun-tahun lamanya namun belum mendapatkan kado tersebut, bahkan ada yang sampai akhir hayatnya tak juga memperoleh kado tersebut (Sa'id, 1997: 30).
Selain menjadi kado terindah, anakjuga merupakan amanah untuk kedua orangtuanya. Pada diri anak tersebut terdapat hak-hak yang harus ditunaikan oleh kedua orangtuanya. Di antara hak anak tersebut adalah mendapatkan pendidikan akhlak. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW. Di antara kewajiban orangtua terhadap anaknya ialah memberikan nama yang baik dan mendidik akhlaknya (HR. Baihaqi).
Namun mendidik akhlak anak bukanlah perkara mudah seperti kita membalikkan telapak tangan, terlebih lagi di zaman modern saat ini. Derasnya arus globalisasi dan modernisasi membuat para orang tua harus ekstra berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkannya. Lengah sedikit saja mungkin akhlak anak akan hilang, dan harapan orang tuanya pun akan hilang. Tulisan singkat ini berupaya menyajikan beberapa upaya untuk memperkokoh akhlak anak.
Akhlak dan Peranannya
Dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosakata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti as-sajiyyah (perangai), at-Tabi'ah (watak), al-‘adah (kebiasaan atau kelaziman), dan ad-din (keteraturan). (al-Misriyyi, 2003: 104). Menurut al-Ghazali, sifat manusia yang aI-mahmudah (terpuji) itu adalah aI-munjiyat, yaitu sifat yang akan menyelamatkan.
Sedangkan sifat yang aI-maz'mumah (tercela) adalah aI-muhlikat, yang menghancurkan. (alGhazali, t.th, 4) dan (Hanafi, 2012: 31). Sedangkan lbnu Miskawaih (w.421 H/1030 M) menyatakan bahwa akhlak adalah hal Iinnafsi da'iyati Iaha ila af’aliha min ghairi fikri wa Ia rawiyyata (sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu).
Dari banyak defenisi yang dipaparkan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan berupa lima ciri dari akhlak, yaitu:
(1) Akhlak tertanam secara terus menerus di dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar.
(2) Akhlak dilakukan seseorang dengan mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
(3) Perbuatan akhlak timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.
(4) Akhlak tercermin dalam bentuk tingkah laku yang dilakukan dengan kesungguhan, bukan mainmain atau bersandiwara.
(5) Perbuatan akhlak didasari atas dasar keimanan dan keikhlasan mengabdi kepada Allah Swt. (Hanafi, 2012: 46).
Mengenai peranannya, akhlak berperan sebagai dasar dan Iandasan seseorang dalam berprilaku. Anak yang tumbuh dibesarkan dengan nilai-nilai kebaikan, maka sehari-hari akan menunjukkan perilaku yang serupa dengan itu.
Metode Mendidik Akhlak Anak
Menjauhkan diri dari peniruan dan taklid buta (imitation); Derasnya arus globalisasi menyebabkan informasi, kebudayaan, dan kebiasaan orang asing itu masuk ke rumah kita tanpa batas. Akibatnya anak-anak sangat mudah untuk meniru yang mereka dengar dan yang mereka Iihat, baik secara Iangsung maupun melalui media. Sebagai orang tua atau pendidik hendaknyalah kita melakukan seleksi terhadap apa yang patut untuk kita ambil dari orang-orang asing, dan apa pula yang harus kita tinggalkan.
Beberapa hal yang perlu kita ambil dari mereka adalah ilmu yang bermanfaat dan berguna. Misalnya ilmu kedokteran, ilmu pasti, kimia, peralatan perang, nuklir dan lain sebagainya. Sedangkan hal-hal yang diharamkan bagi anak-anak kita adalah peniruan perangai, akhlak, adat, tradisi, seluruh sifat buruk dan dasar-dasar yang dapat menghilangkan ciri umat, bahkan bisa mematahkan pertahanan akhlak kita. Sebab jika anak-anak kita melakukan peniruan tanpa filter atau seleksi, maka yang terjadi ialah anak-anak kita akan kehilangan keperibadian, jati diri, kemauan dan sebagainya.
Adanya media sosial saat ini memungkinkan anak untuk dapat melihat dunia luar dengan bebas dan tanpa batas. Sehingga hal itu sangat memungkinkan anak-anak untuk melakukan peniruan terhadap apa yang mereka Iihat. Gaya yang vulgar, ucapan yang menghujat, pakaian dan adat yang buruk dari dunia luar, akan mudah untuk di tiru oleh anak-anak.
Larangan tenggelam dalam kesenangan; Anak yang terbiasa hidup dalam kesenangan, maka akan menimbulkan sifat malas dan ketidakmampuan untuk hidup mandiri. Jika kita perhatikan kondisi moral anak-anak umat Islam saat ini sangat dibuai oleh kemanjaan, semua kebutuhan anak selalu dengan mudah dipenuhi oleh orang tuanya. Bahkan sering sekali anak memaksa orangtuanya untuk mengadakan benda atau sesuatu yang diminta oleh anaknya tersebut.
Sifat malas dan hobi santai memiliki efek yang sangat buruk bagi si anak, dan dipastikan membawanya pada penyesalan. Sebaliknya, kesungguhan dan kedisiplinan membawa pada kebahagiaan di Dunia dan Akhirat. Orang yang paling senang di masa depan adalah orang yang paling Ielah hari ini. Sesungguhnya kemuliaan di Dunia dan Akhirat tidaklah akan bisa dicapai kecuali melalui jembatan yang bernama “Ielah" (Abdurrahman, 2014: 251).
Dalam hal ini contohnya adalah membangunkan anak untuk shalat subuh, saat ini kita perhatikan sangat sulit anak untuk bangun pada waktu subuh, pada waktu tersebut biasanya anak sedang tenggelam dengan tidurnya. Jika orang tua terus menerus membiarkan anaknya dengan sifat seperti itu, maka ketika dewasa anak akan tumbuh dengan sikap indisiplin dan malas.
Larangan mendengarkan musik dan lagu erotis,Saat ini mendengarkan musik dan lagu erotis bukanlah hal yang aneh, bukan saja musik yang datang dari ngara asing, tapi di negara sendiri musik erotis seperti ‘dangdut koplo' sedang tren dinyanyikan oleh anak-anak di Indonesia. Bahkan terkadang mereka Iebih mudah untuk menghafal lagu tersebut ketimbang materi pelajarannya.
Jika kita aktif mengikuti acara-acara televisi negara kita ini, maka kita akan mengetahui bahwa kebanyakan dari acara-acara itu mengarah pada kehancuran kemullaan, mengarah pada perbiatan cabul, zina, dan merangsang timbulnya pergaulan bebas, penghalalan segala yang haram dan kerusakan-kerusakan sosial lainnya. sedikit sekali di antara acara-acara itu yang mengarah pada ilmu pengetahuan dan kebaikan. Jika demikian keadaanya, maka menikmati televisi dan mendengarkan acaa-acaranya itu dipandang sebagai sesuatu yang haram atau dosa besar. Anak-anak yang menyukai lagu erotis sudah tentu akan lebih sedikit mencintai Alquran. Seharusnya anak-anak muslim itu lebih mencintai alunan merdu dari lantunan ayat suci Alquran ketimbang musik erotis.
Larangan menyerupai lawan jenis; Laki-laki yang menyerupai wanita tidaklah disukai oleh Allah SWT, bahkan Allah murka terhadap orang yang seperti itu. Sifat bencong atau menyerupai wanita itu haruslah dicegah sejak usia dini. Anak laki-Iaki sebaiknya tidak bermain di lingkungan wanita. Penyerupaan terhadap wanita itu banyak terjadi disebabkan Iingkungan bermain yang tidak sesuai. Mungkin saja porsi waktu bermain dengan wanita lebih lama di bandingkan dengan lakilaki, sehingga wajar jika sifat-sifat wanita yang mendominasi keperibadiannya. Orangtua dalam hal ini tidaklah boleh lengah sedikitpun, karena menurut penelitian untuk dapat berubah menyerupai wanita itu sangat cepat prosesnya. Namun mengembalikannya menjadi pria sejati, itu sangatlah sulit dan memerlukan waktu tak sedikit.
Penutup
ltulah dasar-dasar paedagogls dan beroagal strategi praktis terpenting yang telah diletakkan oleh Islam untuk menjaga keselamatan akhlak anak, mengembangkan keperibadiannya yang mandiri dan membiasakan untuk bersikap sunquh-sungguh. Bagi para orang tua dan pendidik, tidak ada jalan lain, kecuali menerpakan dasar-dasar dan petunjukpetunjuk itu di dalam mendidik anak-anak mereka, sehingga anak-anak itu bisa tumbuh pada keutamaan-keutamaan moral dan keperibadian yang mulia, adab sosial dan menjadi anak-anak impian masyarakat.